Bab 125. Rahasia Mematikan

1.3K 383 64
                                    

Semua kembali pada keadaan semula dengan orang-orang yang menjadi semakin waspada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua kembali pada keadaan semula dengan orang-orang yang menjadi semakin waspada. Tidak ada penambahan penjaga di Griya Bausasran namun akses keluar masuk terlihat lebih diperketat terutama pada pintu-pintu di mana masyarakat umum biasa masuk untuk berbagai keperluan.

”Apa kamu sudah memikirkan tentang mencari bantuan baby sitter, Dek?”

”Belum, Mas. Aku...”

Garin menatap Giana yang menghentikan gerakan melipat sapu tangan.

”...kenapa?”

Gia menggeleng. ”Susah mempercayai orang setelah semua yang terjadi, Mas. Aku minta waktu ya. Untuk saat ini, Mbak Lastri saja sudah cukup.”

”Ya sudah.”

”Mas kapan mau ke Solo?”

”Hari Sabtu ini. Mas tidak menginap, hanya mengecek sekolah lalu balik lagi.”

”Huum...”

”...tidak apa-apa kan?”

”Tidak. Nanti aku bawa Banyu ke depan kalau tidak ada Mas di sini. Atau Gempar dan Andi kan bisa menemani.”

Garin mengangguk dan beranjak. Dia yang sejak tadi memangku Banyu, membawanya ke kamar bayi dan meletakkannya di sana. Garin lalu mengecek semuanya, pendingin ruangan, selimut dan diffuser. Dia mematikan lampu utama saat keluar dari kamar bayi.

Sudah terlalu larut untuk mengobrol, tapi mereka melakukannya. Garin membantu Gia memindahkan beberapa tumpuk pakaian bayi ke lemari. Dan mengamati gerak tubuh dan mimik wajah Gia menjadi sebuah kebiasaan bagi Garin. Gia yang sering terlihat terpaku seakan tengah mengingat sesuatu lalu menggeleng dengan wajah bingung, menjadi concern Garin sekarang.

”Istirahatlah. Biar Mas yang melek dulu. Nanti dibangunkan kalau waktunya anak kita menyusu.”

Gia mengangguk dan menutup mulutnya saat menguap. Garin membantunya merebahkan tubuhnya dan menyelimutinya. Dia memastikan Gia nyaman sebelum dia mematikan lampu utama. Garin berjalan masuk ke kamar bayi dan tidak menutup pintu penghubung dan mulai menekuni buku bacaannya.

Melewatkan tatapan Gia yang nyatanya masih membuka mata.

”Seperti ada yang terlewat...tapi apa? Dan Mas Garin terlihat cepat sekali tenang sejak kembali. Bukankah itu baik?”

Gia memulai petualangan dalam lamunannya. Mencoba memetakan kembali kejadian-kejadian yang dia alami. Dimulai dari keluarnya mereka dari griya Bausasran dan insiden penculikan itu, lalu dirinya yang ditemukan oleh Andi dan dibawa ke rumah sakit. Dia tidak ingat bagian di mana dia melahirkan tapi selalu ada yang mengganjal pada bagian itu. Dia seperti mendengar suara tangis bayi bersahutan lalu ingatannya melompat pada saat jiwanya terasa terombang-ambing dan raganya yang tidak berdaya.

”Apa yang akan dia lakukan selanjutnya? Kenapa aku merasa diamnya Mas Garin kali ini terlihat berbahaya? Aku seperti tidak mengenalnya. Aku pernah menemukan dia yang seperti ini...tapi kali ini berkali lipat lebih berbahaya.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang