Bab 84. Kematian yang Mencurigakan

1.3K 433 81
                                    

Note : Serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Serius. Dua bab selanjutnya ada di Karyakarsa.

Lha piye...di sini sepi halah...

Selamat membaca teman-teman. Semoga hari ini hidup kalian cerah ♥️

*

”Kita pernah mengalami yang seperti ini di masa lalu. Bahkan mungkin lebih buruk. Dan aku pikir aku akan baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak.”

Garin memapah Mbak Dian Agni untuk duduk di bahu jalan. Wanita itu terlihat sedikit kewalahan menguasai dirinya sendiri.

”Andi tidak bisa seperti itu terus, Rin.”

”Rion sedang arah ke sini, Mbak.”

”Seret dia kemari.”

”Heh?”

”Anak itu.”

Garin mengangguk walaupun ragu. Pasalnya, sudah sejak tadi dia berusaha untuk membujuk Andi agar mau keluar dari galeri namun pemuda itu bergeming. Sementara itu, situasi mereka yang tidak mungkin menurunkan Bu Indarti dari posisinya mengingat mereka harus menunggu pihak polisi datang, menambah kalut suasana.

Garin masuk ke galeri dan menghampiri Andi yang mematung di tempatnya duduk. Tanpa basa basi lagi, Garin menarik pemuda itu yang segera mengadakan perlawanan. Tarik menarik tanpa suara dan Garin menahan diri untuk tidak mengumpat. Dia menyeret Andi dan dengan susah payah menjangkau pintu.

”Haiish...lepas.” Garin memukul punggung tangan kanan Andi yang sedang berpegangan pada pintu galeri. Tangan itu tidak mudah terlepas ditambah kaki pemuda itu yang tertahan di pintu, membuat usaha Garin menjadi lebih alot. Garin mengendurkan usahanya dan menatap pemuda itu yang membisu. ”Kamu tidak punya siapa-siapa lagi dan itu fakta. Jadi yang harus kamu lakukan adalah menurut pada seseorang yang sangat khawatir dengan keadaan kamu. Lihat.”

Garin menunjuk Mbak Agni yang duduk di bahu jalan dan terlihat khawatir. Terdengar ludah yang ditelan dengan susah payah. Dan napas yang tertahan yang membuat sakit di dada. Garin yakin, perjuangan untuk tidak menangis yang sedang dilakukan oleh Andi jelas memporak-porandakan hatinya.

Pegangan terlepas setelah beberapa saat. Cekalan tangan kuat Garin pada lengannya membuat Andi menyerah. Atau...dia berhasil mengartikan tatapan khawatir Mbak Agni?

”Kemari. Kamu akan baik-baik saja.”

Uluran tangan seorang ibu yang terlihat kokoh yang seakan bisa menghalau semua rasa sakit di dunia. Pelukan hangat menyembunyikan isak tangis Andi Maheswara. Tepukan tangan di bahu khas seorang ibu yang lambat laun membuat hati lebih tenang. Tangisan Andi terdengar lebih lepas.

Sirine mobil polisi terdengar di kejauhan dan dengan cepat berhenti di depan galeri. Area itu menjadi riuh ketika semua orang akhirnya menyadari apa yang terjadi. Gempar yang membuat laporan ke Polsek terdekat datang bersama dengan mereka.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang