Astaghfirullah. Salah update bab selanjutnya wkwkwkkwk...
*
Senin pagi diiringi lagu I hate Mondayz dari sebuah band indie yang berbasis di Yogyakarta.
Gia menggebrak pelan radio tuanya ketika suara penyanyinya terdengar crack. Dia menunggu sejenak dan kembali ke depan meja riasnya ketika suara radionya sudah benar. Menekuni rutinitas memoles wajahnya yang sudah bersih dengan riasan tipis, semata karena dia menghargai teman-teman dan mahasiswanya, bukan karena dia senang bersolek. Gia berpikir membuat dirinya nampak segar dan memberikan sedikit polesan pada wajahnya, akan menciptakan vibes yang bagus untuk orang-orang di sekitarnya.
"Huum...seharusnya aku sudah tidak terlalu butuh kamu." Gia menatap sekotak masker yang baru saja dia keluarkan dari kotak penyimpanan. "Tapi...sudahlah."
Gia memakai maskernya dan menyambar tas. Dia lalu berjalan ke meja kerjanya untuk memastikan kamera CCTV beroperasi dengan benar. Bagaimana pun, dia ingin Miki aman. Kucing pintar itu harus berada di rumah sendirian sampai jam kerjanya selesai karena pet shop langganan yang menyediakan jasa menjaga kucing sedang tutup. Pemiliknya sibuk honeymoon. Gia hadir dalam pernikahan pemilik pet shop itu.
"Banyak orang menikah akhir-akhir ini." Gia memakai sepatunya dan mengingat berapa pucuk undangan yang dia terima dalam sebulan terakhir. Gia berjalan menuruni tangga dan keluar rumah.
Hari masih pagi. Gia menutup pagar rumah dan menunggu hingga bunyi kunci otomatis terdengar. Dia menaiki 10 anak tangga menuju gang rumahnya. Telinganya otomatis menajamkan pendengaran. Dan tidak terdengar apa-apa dari balik dinding rumah Prof Garin.
"Aduh..." Gia menepuk dadanya pelan. Hatinya terasa berdesir hanya dengan membatin nama pria itu. Gia berbelok dan berjalan cepat di sepanjang trotoar. Sekilas dia melirik pagar rumah nomor 13 yang masih tertutup rapat. Gia menyeberang jalan dan bergabung dengan beberapa tetangganya menuju halte bus Persada. Halte terdekat di mana mereka bisa naik bus ke pusat kota.
Berbincang ringan dan tertawa karena beberapa hal. Gia memang penghuni lawas dan cukup akrab dengan para tetangga dekatnya.
"Tetangga baru, Mbak. Sudah kenalan?"
"Huum?" Gia menoleh ke arah kiri. Mbak Santi yang berjalan di sampingnya, tinggal di rumah nomor 15, dan dia adalah seorang teller di sebuah bank swasta nasional. Wanita itu menyenggol bahunya. "Belum...harus ya?"
Mbak Santi tertawa. "Nanti saja pas pertemuan RT. Itu mungkin istrinya. Rasanya aneh kalau perawan seperti kita datang berkunjung hanya untuk berkenalan."
Gia menoleh ke arah seberang jalan. Dari kejauhan, terlihat pria itu, Prof Garin yang mengenakan celana pendek, berjalan berdampingan dengan seorang wanita dewasa yang cantik. Mereka berbincang dan tertawa sambil menenteng kantong plastik. Sepertinya mereka baru saja membeli sarapan di jalan utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
RomantizmTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...