Bab 113. The Deal

1.2K 361 57
                                    

”Orang-orang itu asing Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

”Orang-orang itu asing Mas. Kalau melihat dari ciri-ciri mereka, mereka orang Jepang.”

”Itu sangat penting. Apalagi yang membangun kecurigaan kamu dari ciri-ciri mereka?”

”Mereka memakai pakaian khusus...agak aneh untuk era sekarang. Tapi...” Gia terbatuk pelan dan merasakan nyeri di bagian bawah perutnya.

”Kamu mau istirahat dulu, Giana?”

”Tidak Mbak. Saya akan teruskan sedikit.”

”Baiklah.”

Gia mengambil napas dalam dan melepaskannya perlahan. ”Dua orang dari mereka memakai kimono...terlihat seperti baju para ksatria jaman dulu. Rok panjang dengan lipatan? Kimono longgar? Semacam itu.”

Banyu Biru Pramoedya mencatat semua hal yang dikatakan oleh Giana. Mereka sudah berbicara di ruang pemulihan selama dua puluh menit. Banyak hal yang disampaikan oleh Gia mulai dari saat mereka keluar dari gerbang Griya Bausasran. Dia mengingat dengan baik setiap detil. Jam, suasana, orang-orang yang terlibat.

”Tidak apa-apa, Mbak Agni.” Tangan Gia lemah terulur ke arah Mbak Agni yang telinga khawatir. Wanita itu pasti sedang berpikir bahwa sekarang bukan saatnya bertanya apapun. ”Mereka tidak mengatakan apapun Mas. Tidak ada yang penting. Itu saja yang saya ingat.”

”Sekecil apapun informasi yang kita dapat, itu akan sangat berharga. Kamu istirahat yang banyak dan Mas yang akan mengurus semuanya. Aku tidak bisa berjanji bahwa ini akan cepat tapi kita tidak diam saja.”

”Nggih Mas.”

Banyu Biru Pramoedya mengangguk dan beranjak. Pria itu berjalan keluar dari ruang pemulihan dan menutup pintu geser.

”Mbak. Bagaimana dengan bayi saya?”

”Dia baik-baik saja. Kamu akan bertemu dia dalam beberapa jam. Sabar ya? Berdoa banyak-banyak dan jangan berpikir buruk. Kamu harus pulih dengan baik dan tetap tenang untuk menghindari pendarahan dalam. Huum?”

Gia mengangguk dan membiarkan Mbak Agni mengganti kaos kakinya. Dia juga menambahkan selimut di bagian bawah ketika merasakan dingin yang berlebih di telapak kakinya. Gia menghela napas dan tetap menyesali semaunya. Seharusnya mereka tidak gegabah dengan pergi ke rumah sakit tanpa pengawalan. Nyatanya, ada orang-orang yang mengintai mereka sejak lama.

”Aku tidak pernah berpikir bahwa semua akan seserius ini. Ya Allah...aku menyesali semua. Dan...apa kamu baik-baik saja Mas?”

”Dia tidak akan menyerah. Kamu juga.”

Gia mengangguk dan menelan ludah kelu. Dia menatap Mbak Agni yang mengusap lengannya lembut. Wanita itu nampak lelah namun terus memasang senyum terbaiknya.

”Matur nuwun Mbak sudah menjaga kami di sini.”

”My pleasure, Giana. Sekarang Mbak keluar dulu ya. Mbak mau mandi lagi. Ankaa akan menjaga kamu sampai yang lain datang.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang