Bab 112. Tuan Muda Rafael dan Rencana Biadabnya

1.3K 351 63
                                    

”This is insane

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

”This is insane.”

Gempar menatap sekelilingnya dan tertawa sumbang. Berada dalam sel kepolisian metropolitan jelas bukan sebuah hal yang menjadi bagian dari rencana mereka. Rion menggulung lengannya. Andi meregangkan tubuh lalu duduk melamun.

”Wanita itu ada di mana-mana. Benar-benar bergerak cepat dan anak buahnya mendapatkan informasi yang akurat. Dia sepertinya sudah menemukan orang-orang yang bisa bergerak cepat melakukan perintahnya.” Andi mengusap rambut dari tengkuk hingga ke bagian atas kepalanya. Dia nampak jengkel dan menahannya dengan sekuat tenaga.

”Betul. Mas tidak menyangka dia akan bertindak sejauh ini. Aku kira mereka sudah benar-benar melepaskan kakak kamu.” Rion mendesah kuat. Dia juga menguap dan terlihat jelas sangat kelelahan.

”Kalau kita berpikir lebih jauh, bukankah mereka berada dalam bahaya lagi Mas? Kemungkinan besar mereka akan membawa Mbak Lintang kembali ke Yogya.” Gempar menoleh pada Rion dan ikut duduk di samping Andi. Dia menarik napas panjang dan melepaskannya perlahan.

”Itu kemungkinan terbesar. Tapi kita tidak tahu bagaimana langkah mereka selanjutnya. Rumah sakit akan mengeluarkan Lintang dalam beberapa hari ke depan kalau memang keadaannya memang sudah pulih.”

”Aaah...” Andi menyugar rambutnya. ”...benar kita harus mendekam di sini 2x24 jam Mas?”

”Tidak ada yang bisa kita lakukan selain mengikuti prosedur hukum. Tuduhan itu serius sampai Mas bisa memberikan bukti bahwa sudah tidak ada ikatan apapun antara Lintang Dianti dengan Rafael.”

”Bapak sedang mengurusnya Mas. Tapi itu mungkin tidak akan banyak berpengaruh. Bagaimana kalau mereka menggunakan bayi itu sebagai alasan?”

”Kamu benar. Kita tunggu dulu. Mas tetap akan usahakan keluar dari sini secepatnya.”

”Oke Mas.”

Tiga orang dengan penampilan menawan, terjebak situasi memusingkan di sebuah sel sempit. Tampilan mereka yang seperti itu bahkan menarik perhatian para petugas polisi wanita. Mereka bertiga sekarang tengah merasakan bagaimana dahsyatnya sebuah fitnah yang keluar dari mulut manis.

”Dia tidak sepenuhnya salah kalau tujuannya mulia. Ingin ikut terlibat dalam mengurus cucunya misalnya.” Rion mencoba melihat semua dari sisi kemanusiaan.

”Sayang sekali itu sepertinya adalah pemikiran yang sia-sia, Mas Rion. Niken Palupi bukan orang seperti itu. Dia melakukan segala sesuatu ketika hal itu menguntungkan. Bayi itu pewaris. Dia memandangnya seperti itu. Bukan sebagai cucu.”

”Walaupun kenyataannya dia dan Rafael sudah menguasai semuanya?”

”Walaupun kenyataannya dia dan anak laki-laki gilanya itu sudah menguasai semuanya.” Andi mengulangi kata-kata Gempar. ”Dia harus melakukan ini sebagai langkah cadangan. Sebuah kunci pengaman cadangan mana tahu semua kelak tidak berjalan sesuai rencananya. Wanita itu pintar. Aku masih yakin, anak laki-lakinya itu bahkan sudah tidak menginginkan Mbak Lintang lagi. Sama sekali.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang