”Om Garin menyelidiki pergerakan Rafael Nadal secara langsung Mas.”
”Sudah sewajarnya orang yang marah melakukan itu. Perbuatan Rafael itu tidak main-main.”
”Tapi Mas, apa tidak berbahaya?”
Andi Meheswara mengekor Gempar Pramoedya yang berjalan menuju garasi dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celananya. Pria itu sepertinya tengah bersiap pergi ke kafe milik keluarga. Gesture tubuhnya yang sangat santai, cara berjalannya yang tak acuh, membuat alis Andi bertaut dalam.
”Mas. Tante Gia khawatir loh ini.”
Gempar berhenti dan berbalik. Dia menatap Andi dengan tatapan seakan dia tengah berjuang untuk tetap sabar.
”Aku tahu.”
”Oke.” Andi mengangguk dan jawaban singkat yang diucapkan pria di depannya itu jelas sudah cukup dan dia bisa tenang sekarang.
”Mandi sana dan siap-siap kuliah. Jangan kelayapan sampai Tawangmangu lagi. Bapakmu tidak ada di sana.”
”Eh...” Andi mengusap belakang kepalanya dan terpaku menatap Gempar yang kembali meneruskan langkahnya. Pria itu menghampiri mobilnya dan sesaat kemudian merayap keluar dari garasi dan meninggalkan Griya Bausasran. ”Wah...Mas Gempar mengawasi aku ya?” Andi berbalik dan mendapati sosok Dian Agni berdiri di pintu mengarah ke garasi, membuat Andi berlari kecil dan tertawa. Dia merunduk dalam dan melewati wanita itu yang hanya dengan memberinya tatapan seperti itu, dia tahu maknanya.
”Maaf Tan...” Andi menunggu di koridor lalu mensejajarkan langkahnya.
”Habiskan makan mu dan siap-siap. Tante antar sekalian ke kafe.”
”Dalem.” Andi terus mengekor wanita itu melintasi aula rumah dan mereka kembali memasuki ruang makan. Andi duduk dan meneruskan makannya. Sesekali dia mendongak menatap kesibukan yang terjadi di rumah makan. Semenjak tinggal di rumah itu dan memulai kuliah dan kerja di kafe, Tante Agni selalu menyiapkan bekal makanan dan dia harus menghabiskan bekal itu hingga bersih lalu membawa pulang wadahnya.
Andi menyelesaikan sarapannya dan pergi ke dapur untuk mencuci piring dan gelas. Dia menyelesaikannya dengan cepat dan segera mengurus dirinya sendiri di kamar. Andi keluar sambil menenteng tas dan tas laptop setelah 15 menit. Dia menunggu di teras rumah sambil memakai sepatunya.
”Masih ada waktu kan, Le?”
”Kenapa Tan?” Andi menoleh dan beranjak ketika Tante Dian Agni keluar dari rumah induk.
”Kamu antar Tante dulu deh ke kafe ya? Lalu bawa mobil ke kampus. Bagaimana?”
”Oh...” Andi mengangguk dan menerima kunci yang diulurkan wanita itu. Dia berjalan cepat ke garasi dalam dan terpaku sejenak di samping mobil Tante Agni. Menyadari bahwa hatinya benar-benar sedang diuji. Di kepalanya bahkan sudah tertanam rasa khawatir yang berlebihan dan secara otomatis menganggap semua omongan orang-orang di rumah itu mengarah ke sesuatu yang penting yang berhubungan dengan situasi mereka sekarang. Bahkan saat Tante Agni hanya ingin dia mengantarnya ke kafe terlebih dulu sebelum ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
RomanceTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...