Pernikahan itu salah satu kuncinya adalah komunikasi yang baik.
Ucapan bapaknya terngiang di telinga Gia. Dia terpaku di depan pintu kamar mandi sambil memegang handuk bersih. Gia mendongak saat kepala Garin muncul dari balik pintu.
"Handuknya Mas."
Garin menerima handuk bersih itu dan mengangguk. "Terima kasih."
"Haiish..." Gia beringsut saat Garin keluar dari kamar mandi sembari membebat pinggangnya. Dia tersipu malu membuat Garin menyematkan ciuman di keningnya sebelum memakai baju yang sudah Gia siapkan di atas ranjang.
"Terima kasih banyak, sayang."
Gia tersenyum. "Sama-sama Mas."
Tatapan Garin terpaku pada gelang yang dipakai oleh Gia saat Gia menyugar rambutnya sambil menunduk.
"Itu..."
Gia mendongak dan segera menyadari apa yang menjadi fokus Garin. "Ini...Mbak Mayang..."
"Oh...boleh ya sesayang itu dengan ipar?"
Gia mencebik lirih lalu tertawa. "Kenapa? Mas cemburu?"
"Iya dong."
"Halah."
Gia mengabaikan Garin yang tertawa pelan. "Mas..."
"Huum? Mau jalan sekarang?"
Gia menghela napas pelan dan mengangguk. "...kalau tidak merepotkan. Tapi, sebaiknya Mas istirahat dulu."
"Tidak apa-apa. Ayo."
"Pamitan dulu sama Mbak Mayang ya. Mungkin aku menginap."
"Menginap? Mas nanti bagaimana?"
"Heh? Bagaimana apanya?"
"Mas diminta Mas Banyu Biru untuk mengawasi orang-orang dari jasa pengecekan CCTV. Pasti sampai malam. Lalu Mas makan bagaimana?"
"Heh?" Gia sampai menelengkan kepala karena keheranan. Dia lalu menatap tangan Garin yang menahan lengannya. "Kan ada abdi dalem..."
"...aduh..."
"Kok aduh?" Gia memundurkan kepala heran saat Garin justru mengusap tengkuknya. "Iya...aku tidak menginap. Atau, telepon rumah saja perginya nanti setelah selesai dengan pengecekan CCTV?" Gia menatap seantero kamar. Kamar itu saja sangat luas. Apalagi dengan properti Danurwendo yang harus diperiksa. Jadi Gia tidak yakin pekerjaan itu akan selesai dalam satu hari saja.
"Huum...sarapan saja sekarang dan Mas antar ke bapak ibu."
"Mau dipulangkan?"
"Hush!" Garin yang hendak meraih jaketnya urung melakukannya dan membekap mulut Giana dengan ciumannya. Ciuman yang segera berbalas dan menjadi panas dalam sekejap. "Tidak boleh bilang seperti itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
Roman d'amourTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...