Bab 82. Mencari Muka

1.3K 379 49
                                    

Note : Oke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Oke. Bab ini upload di sini ya. Bukan karena aku lagi seneng. Lagi sedih. Saya aja yang sedih. Kalian jangan.

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

”Tidak bisa seperti itu. Bagaimanapun saya adik kandungnya." Andi bersikukuh mempertahankan Lintang Dianti. Dia bahkan berjalan ke arah pintu ruang rawat itu dan menutupnya. Namun, pintu itu tak lama tertutup. Andi terdorong pelan dan semua pasang mata menatap ke arah pintu.

Rion Sambara masuk dan menarik Andi pelan. "Biarkan saja semua dijalankan sesuai amanah dari Pak Jagad. Lintang Dianti juga wanita dewasa yang bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri."

"Tapi, Mas..."

Andi menatap lengannya yang tetap dipegang oleh Rion. Pria itu mengangguk ke arah Niken Palupi yang tersenyum.

"Baiklah. Saya akan membawa Lintang sekarang."

Niken Palupi memberi kode pada dua orang perawat yang bersiap di luar untuk masuk. Andi memanggil Rion berkali-kali namun pria itu tidak menggubrisnya walaupun tetap memegangi lengannya. Andi otomatis ikut beringsut ke arah dokter Rani ketika Rion berbicara dengannya. Mereka berbicara pelan dan mengangguk-angguk dan dalam waktu sekejap memiliki pemahaman yang sama.

"Mas...mereka keluar."

Andi mencoba menarik tangannya namun Rion menguatkan pegangannya. Mereka akhirnya keluar mengikuti dokter Rani dan berdiri di depan meja jaga. Semua nyatanya sudah dibereskan oleh Niken Palupi dan wanita itu bergerak dengan suara pelan dan gesture anggun mengarahkan dua orang perawat yang bergerak cepat.

Bahkan Lintang Dianti tidak mengeluarkan sepatah katapun. Didorong dengan kursi roda, wanita itu segera menghilang dari pandangan mata seiring pintu lift yang tertutup. Sosok Niken Palupi menyusul sambil membenahi tas tangannya. Meninggalkan ketegangan di depan meja jaga. Dokter Rani yang sudah bisa menguasai dirinya, segera sibuk mengecek berkas-berkas terkait Lintang Dianti.

Membisu dan sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Rion tadi, Andi menunduk menekuni ujung sepatunya. Seorang perawat membenahi kamar inap Lintang Dianti dan memasukkan sisa barang kakaknya itu ke sebuah paper bag besar. Andi mendongak sedikit saat Rion masuk ke ruangan itu dan menghela napas pelan. Pria itu duduk dan untuk sementara waktu saling diam.

”Terima kasih, Sus.”

”Sama-sama Pak Rion. Saya permisi.”

Rion mengangguk dan kembali menarik napas dalam. Dia mengusap wajahnya dan menoleh pada Andi yang membisu.

”Inilah yang membuat Bu Indarti tidak mengurus kakak kamu. Beliau sudah mengetahui situasi ini.”

Andi bergeming dan yang terdengar hanya hembusan napas tertahannya. ”Mbak Lintang akan celaka Mas kalau dibiarkan bersama mereka.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang