"Rafael Nadal meninggalkan dalam kota menuju rumah ibunya di Jalan Wates dan tidak terdeteksi lagi setelah dari sana."
Mobil Gempar melaju kencang dan dia terus terhubung dengan tangan kanan Dicky Hermawan.
"Lalu, Pak?" Gempar menoleh pada Andi yang duduk terpaku di sampingnya.
"Sinyal ponselnya menetap di rumah Niken Palupi, Mas Gempar."
"Dan dia tidak mungkin di sana Mas. Aku yakin." Andi yang sejak dari rumah diam saja, membuka suara.
"Oke, Pak. Terus stand by di kantor perusahaan batik Adiratna Ranjana ya."
"Siap, Mas."
Pembicaraan selesai namun koneksi tidak diputuskan. Mereka akhirnya terjalin dalam satu sambungan yang terus aktif. Gempar mengamati titik-titik biru di layar ponselnya lalu fokus pada jalanan di depan mereka.
"Seharusnya mereka sudah bergerak kan? Dua jam cukup banyak untuk selisih waktu. Apapun bisa terjadi bahkan dalam hitungan menit." Gempar berbelok dan mengurangi laju mobilnya. Mobil terseok di jalanan tanah di tepi sebuah sungai kecil cukup jauh dari rumah Niken Palupi.
"Kenapa kita tidak bertanya pada pemilik rumah paling dekat dengan wanita itu Mas?"
"Menurut pengalaman bapak, orang-orang seperti itu memanfaatkan uang untuk membuat mereka aman. Salah satunya dengan bersikap dermawan terhadap tetangga. Keluarga Danurwendo pernah punya pengalaman buruk soal itu. Nanti aku akan ceritakan tentang sosok Sanusi Baco yang ahli dalam hal seperti itu. Berkamuflase menjadi manusia baik dan menutup rapat sifat sebenarnya."
Andi mengangguk-angguk. "Tapi di sini terlalu mencolok juga Mas."
"Aku tahu. Sebentar saja sampai bapak yang ada di sawah itu naik kemari."
Andi mengikuti arah pandangan Gempar dan menautkan alisnya saat dia melihat bapak-bapak dengan caping bambu berjalan di sepanjang pematang sawah menuju ke arah jalanan. Gempar keluar dari mobil dan Andi segera mengekornya.
Menyapa dengan santun dan berbasa basi sejenak sebelum menanyakan sesuatu. Petani itu nampak terkesan dengan dua anak muda yang mengedepankan unggah ungguh.
"Kemarin siang atau menjelang sore, apa ada kejadian istimewa di sekitar sini, Pak."
"Ooh...ada Mas. Orang kaya yang rumahnya itu..." Petani menunjuk kejauhan ke arah rumah Niken Palupi. "...ada helikopter turun ke halaman belakang rumah itu lalu terbang lagi. Belum terlalu sore. Tidak lama."
Gempar mengangguk-angguk.
"Mas berdua ini polisi?"
"Kami intel Pak. Sedang bertugas. Jadi, kami mencurigai aktivitas tidak wajar di rumah itu."
"Oh...iya Mas. Benar-benar baru kali ini ada helikopter turun di tempat ini Mas."
"Nggih. Matur nuwun, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
RomansTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...