Bab 85. Pemuda yang Berjalan Dalam Kegelapan

1.4K 412 63
                                    

Note : Saya baca komen tapi lupa namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Saya baca komen tapi lupa namanya. Meminta agar jangan 2 ada di KK. Ooh...baiklah. Ini di update di sini ya. Selebihnya karetin biar ga ambyar. Karetnya ada di Karyakarsa. Hehehhehe...

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

”Kita bicarakan ini di perjalanan, Le. Sekarang kita harus bergegas.”

”Mas Rion apa tidak balik Yogya dulu, Om?”

”Dia bilang tidak karena polisi tetap akan memproses ini sesuai tempat kejadian jadi dia akan di sini sampai selesai.”

”Baiklah.”

Garin menepuk pundak Gempar dan mobil Garin melaju keluar dari rumah. Di jok belakang, Mbak Lastri yang akan ikut ke Yogya duduk dengan tenang. Mereka menyusuri jalan menuju rumah sakit setelah mendapatkan kabar bahwa jenazah Bu Indarti sudah bisa diurus. Garin juga sudah memastikan bahwa persiapan di Griya Bausasran berjalan dengan baik.

Tertahan di rumah sakit selama beberapa saat sebelum bergabung dalam iring-iringan mobil ambulan dan mobil Mas Banyu Biru melintasi jalan Yogya-Solo. Garin terus berbicara dengan Gempar di antara fokusnya pada jalanan.

”Apa mungkin Pak Wahyu itu mengganti nomornya?”

Gempar menggeleng. ”Ping terakhir sinyal ponselnya adalah di kantor pusat pabrik batik Adiratna Ranjana di Jalan Mangkubumi. Setelah itu tidak ada aktivitas apapun dari ponselnya sejak semalam. Tapi, Andi berhasil mendapatkan informasi dari OB di kantor itu kalau Pak Wahyu sudah tidak pergi ke kantor sejak 4 hari lalu.”

”Dari terakhir dia muncul di galeri. Bagaimana dengan aktivitas kartu kreditnya?”

”Dia tidak melakukan transaksi apapun sejak 4 hari lalu juga.”

”Bagaimana dengan kemungkinan dia yang mengakali CCTV di galeri?”

”Bisa jadi. Aku sudah menyatukan semua menit yang hilang. Kita bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di menit-menit yang terhapus itu dari video sebelum dan sesudahnya.”

”Sebenarnya, ada di pihak mana pria itu?”

”Kita harus bicara dengan Andi masalah ini dan menegaskan sebenarnya apakah ada kesepakatan antara dirinya dan Pak Wahyu.”

Mereka terdiam dan Garin melaju mobilnya lebih kencang. Mereka harus bergegas menyusul ambulan yang sudah tidak terlihat dan hanya terdengar sirine nya saja.

Pagi menjelang siang dengan mendung menggantung namun suasana benar-benar gerah. Jam 10 yang terasa ganjil. Iring-iringan dari Solo memasuki griya Bausasran dan semua bergerak cepat. Dipimpin oleh Banyu Biru Pramoedya, acara menjelang penguburan jenazah dilaksanakan. Semua abdi dalem, bahkan yang masih muda dan belum lama mengabdi di griya itu, memiliki pemahaman yang alami. Tentang bahwa pelepasan jenazah kali ini memiliki ritual khusus sesuai dengan adat istiadat Jawa.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang