”Bagian paling penting dari semua ini adalah kamu kembali dan Gia pulih sepenuhnya.””Keputusan untuk tidak membicarakan hal itu pada Gia adalah karena keadaannya tidak memungkinkan. Sebanyak apapun yang kita jelaskan, dia tidak akan mengingat bagian itu, Rin.”
Garin cairan infus yang mengalir ke tubuhnya melalui selang panjang. ”Bagaimana dengan mertua saya Mbak?”
”Mereka kecewa tentu saja. Tapi kita tidak bisa menolak takdir. Dan yah...kamu harus memikirkan itu.”
Garin menatap Mbak Agni yang sibuk membenahi beberapa tumpuk selimut hangat ke dalam lemari. Wanita itu memindahkan bagian terbawah menjadi di bagian paling atas. Dia lalu terlihat menegakkan tubuhnya dan berjalan ke arah ranjang. Mbak Agni duduk di kursi dan berdiam diri. Kesunyian di kamar besar itu sangat terasa. Garin bahkan seakan bisa mendengar detak jantung nya yang gelisah.
”Kita tidak akan melupakannya, Rin. Kita sudah membuat keputusan yang baik dengan pertimbangan yang dipikirkan berkali-kali. Dan Pak Ahmad Dirgantara yang mengurusnya. Tapi, mengatakan hal ini pada Gia, kami belum mengambil keputusan apapun. Itu seperti...Allah memotong bagian itu dari ingatan Gia untuk sebuah alasan.”
”Sungguh Mbak, Gia tidak seharusnya mengalami ini semua.”
Garin menghela napas panjang dan dia sudah lelah menangis. Semuanya menjadi kacau. Semua yang sudah tertata rapi menjadi berantakan dan tidak seusai dengan apa yang mereka harapkan.
”Banyak yang harus dipikirkan, Rin. Keadaan kakak kamu juga naik turun. Jadi sesuai dengan persetujuan Pak Ahmad Dirgantara dan kakak iparnya, kita pending dulu memberi tahu Giana. Atau, memang tidak perlu bagian yang di skip itu diungkapkan padanya. Kita akan melakukannya saat kita melihat hasil evaluasi tim dokter.”
Garin membisu. Dan dia baru bergumam lirih ketika Mbak Agni membantunya membenahi bantal yang tidak nyaman. Garin menatap pintu yang terbuka. Seorang abdi dalem melintas membawa keranjang cucian kosong. Dan dari para abdi dalem juga lah sebenarnya terlihat, bahwa keluarga tengah mengkondisikan sesuatu yang penting agar tetap terjaga dalam mulut yang tertutup rapat.
Garin mengusap wajahnya dan mendesah lirih. Dia menatap Mbak Agni yang menatapnya lekat. Sejak tadi, pembicaraannya dengan wanita itu dilakukan dengan nada rendah, menandakan betapa pentingnya pembicaraan itu.
”Semua tidak akan pernah sama lagi, Mbak.”
”Kamu benar dan memang kenyataannya seperti itu. Tapi Rin...kita pernah melewati situasi paling buruk di masa lalu.”
”Sepanjang hidup saya, saya mempertaruhkan banyak hal. Tapi Mbak, saya mungkin tidak bisa kali ini. Gia tidak akan memaafkan saya Mbak." Garin menggeleng. ”Dia menjadi ketakutan terbesar saya akan sebuah kehilangan lagi.”
”Mbak tahu, Rin.”
”Membohonginya...sampai kapan? Cepat atau lambat Rafael akan kembali mengusik kami dengan apa yang dia punya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LEFTOVERS LADY
RomanceTentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun. Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...