Bab 97. Nomor Cantik di Seberang Sana

1.3K 393 57
                                    

Note : Bab selanjutnya hanya tersedia di Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Bab selanjutnya hanya tersedia di Karyakarsa ya.

*

”Mas Rion itu pasti yakin dengan rencananya sendiri kok Mas. Kenapa jadi Mas Garin yang khawatir? Huum?”

Garin yang ditanya mengekor Gia hingga mereka masuk ke perpustakaan. Dia berhenti mendadak ketika Gia juga berhenti di depannya dengan tiba-tiba.

”Hati-hati to Dek...”

Gia menatap Garin dan menarik napas pelan. ”Kenapa sih, Mas?”

”Lintang Dianti itu sakit...” Garin nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya.

”...bukankah ada obat untuk setiap penyakit?”

”Tapi memangnya semudah itu mengubah perasaan? Dia akan balik lagi balik lagi ke Rafael, Dek.”

”Resiko itu pasti sudah dipikirkan oleh Mas Rion dong. Tidak mungkin tidak.” Gia tersenyum mencoba menenangkan suaminya. Dia berbalik dan menyusuri tepian rak buku. ”Buku dongeng anak-anak yang baru di mana kemarin ya, Mas?”

Garin yang mengekor di belakang Gia mengulurkan tangannya dan meraih sebuah buku tebal bersampul biru berjudul dongeng anak-anak dunia.

"Ini?”

"Iya, Mas.” Gia tersenyum aneh dan menahan tangan Garin yang mengungkung nya antara dirinya dan rak buku. Dia lalu memeluk pria itu erat.

”Kita tidak mungkin bercinta di sini.”

Gia tertawa dan membenturkan dahinya ke dada Garin. ”Ya ampun pikirannya ngeres.”

Mereka berdua tertawa dan mulai berbicara dengan berbisik-bisik tentang sebuah film berjudul Atonement yang dibintangi oleh Keira Knightley dan James McAvoy yang menyuguhkan scene erotis di dalam sebuah ruang perpustakaan.

”Kita tua banget Mas hanya dengan melihat film-film yang pernah kita tonton.”

Garin tertawa tertahan. ”Berarti kita harus ngebut punya anak lagi setelah...”

”Ooh...” Gia berkelit keluar dari kungkungan tangan Garin saat mendengar suaminya itu mengatakan tentang sebuah kehamilan lagi.

”Jangan satu, Dek. Nanti kalau anak kita sekolah di luar negeri...”

"...itu...akan aku pikirkan nanti.”

Garin meraih Gia dan memeluknya erat. ”Yang penting kamu sehat dan bahagia.” Garin membantu Gia duduk di sebuah kursi malas yang disediakan oleh Mas Banyu Biru semenjak Gia hamil. Kursi itu berwarna pastel dan diletakkan di dekat jendela. Garin menyelimuti kaki Gia dengan sebuah selimut.

”Mau di sini dulu kan?”

Gia mengangguk. ”Mas mau kemana?”

”Merapikan kamar Teteh di rumah depan. Bagaimana dengan selamatan rumah, Dek?” Garin urung keluar dari perpustakaan.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang