Bab 41. Ketos Idola

1.5K 466 98
                                    

Garin menyesap teh hijau yang disajikan oleh seorang wanita peranakan Tionghoa di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Garin menyesap teh hijau yang disajikan oleh seorang wanita peranakan Tionghoa di depannya.

"Maaf loh Mas ini. Saya tidak bisa membantu banyak dan sepertinya sudah cukup terlambat?"

Garin tersenyum dan menggeleng. "Tidak terlambat Mbak Mei. Saya berterima kasih sekali sudah diizinkan melihat kamera dasboard mobilnya Mbak."

"Sama-sama. Tapi ini kok seperti suami yang menyelidiki istrinya yang berselingkuh hahahha..." Tawa renyah wanita di depannya membuat Garin ikut tertawa. Situasi itu memang bisa dikatakan seperti yang diucapkan oleh pemilik mobil dengan nopol AD 4347 SOS. Wanita bernama Meilan itu membalas email Garin segera bulan lalu namun mereka baru bisa bertemu sekarang karena wanita itu sedang liburan ke kampung halaman orangtuanya di Beijing.

"Alhamdulillah tidak Mbak. Boleh saya membuat salinannya?"

"Silahkan."

Garin mengangguk membuat salinan video dari kamera dasboard mobil wanita itu yang memberinya waktu di teras rumahnya yang asri. Mbak Meilan menyiram tanamannya dan baru bergabung duduk lagi saat Garin sudah selesai menyalin semuanya.

Dan setelah berbincang-bincang ala tamu yang berhutang budi kaca tuan rumah, Garin berpamitan dan meninggalkan rumah Mbak Meilan. Wanita pemilik salon yang mondar mandir Solo-Yogya itu juga memberinya kartu nama agar dia datang ke salonnya sekali waktu.

Berhenti di sebuah kafe dan menekuni laptopnya sambil menyesap segelas kopi, Garin menghentikan gambar tepat di scene di mana wajah sosok Rafael terlihat dengan jelas. Keraguan di hati Garin sirna dengan cepat seperti sampah yang tersapu banjir bandang.

Garin membisu. Di kepalanya berseliweran kisah masa lalu ketika dia berada di tempat dan lini masa yang sama dengan sosok Rafael Nadal. Interaksi yang baik sampai kemudian pria itu menghilang tanpa jejak.

"Interaksi yang baik..." Kata-kata Garin mengambang di udara. Dia mengusap wajahnya dan ingatannya kembali pada suatu masa di apartemennya.

Flashback on

Musim gugur yang membawa udara dingin yang cukup menusuk tulang. Langkah-langkah cepat dengan membawa plastik-plastik berisi barang belanjaan membawa Garin dan Rafael berdiri di depan pintu utama apartemen. Sensor panas menyala. Disusul lampu yang juga menyala dan pintu terbuka. Mereka melangkah menaiki tangga dan terengah dengan tubuh yang menghangat masuk ke unit apartemen Garin.

"Sekali lagi selamat ya Prof sudah masuk nominasi penghargaan bergengsi di kampus."

"Ah sudahlah, itu hanya sebuah pencapaian biasa. Semua orang sudah bekerja sangat keras."

Kesibukan terjadi di dapur setelahnya. Garin membenahi belanjaan ke dalam lemari pendingin sementara Rafael terlihat menjerang air.

"Istirahatlah. Makan malam hari ini pesan saja di depan. Nanti aku akan bangunkan."

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang