Bab 77. Perempuan Normal

1.4K 410 75
                                    

Note : Bab 78

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Bab 78. Wanita di ujung Lorong Pasar adalah mature content jadi tidak publish di Wattpad ya. Terima kasih dan selamat membaca ♥️

*

Gia memaknainya sebagai tidak ingin membuat bapaknya merasa tidak enak hati dengan besannya, atau sebaliknya. Walaupun dia tahu, dua belah pihak merasa tidak enak hati sekarang. Dan itu semata karena permintaannya kemarin, agar merahasiakan apa yang terjadi dari bapak dan ibunya.

Dengan lirikan tajam pada Lintang Dianti yang akhirnya dibawa oleh Rion menuju ruangan lain untuk mendapatkan bantuan dari dokter Gemintang, Gia merasa bahwa itu sia-sia saja. Lintang tidak akan menggubrisnya karena dia bahkan tidak sadar pada tindakannya sekarang.

Ruang kerja Banyu Biru Pramoedya sudah tertutup rapat. Dengan patuh Gia menunggu di depan ruang kerja itu. Lorong yang sunyi.

Gia melirik pintu perpustakaan yang terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gia melirik pintu perpustakaan yang terbuka. Di sana, Dian menatap prihatin dan mencoba menguatkan. Gia mencoba tersenyum walau kecil dan Dian menghilang dari pandangan berganti Gempar yang juga terlihat bingung dan prihatin. Tentu saja, dia juga bagian dari situasi yang kemarin terjadi.

Tiga puluh menit telah berlalu. Pintu ruang kerja masih tertutup rapat. Gia beringsut membetulkan letak duduknya dan dia menggaruk sikunya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Gia tidak ingin menebak-nebak karenanya dia selalu menarik napas dan menghembuskannya seakan dia ingin membuang keluar isi kepalanya saat sudah penuh. Karena bahkan dia tidak bisa berhenti berpikir dan terus terusan menebak apa yang terjadi di dalam sana.

Pembicaraan alot apa yang sedang terjadi...

Gia beranjak saat pintu ruang kerja Mas Banyu Biru akhirnya terbuka. Menampilkan sosok bapaknya yang keluar diikuti oleh suaminya lalu disusul Mas Banyu Biru dan Mas Farel.

"Untuk sementara kamu pulang dengan bapak dan ibu ke Kotagede, Nduk."

Gia menelan ludah kelu dan mengangguk. Dia mulai bertanya dalam hati apakah boleh seperti itu sementara dia sudah memiliki suami? Apakah suaminya tidak apa-apa dengan keputusan itu?

Dan seperti mengetahui bahwa ada beberapa hal harus dibicarakan oleh suami istri, Mas Banyu Biru dan Mas Farel lah yang akhirnya mengekor Pak Ahmad Dirgantara menuju ruang tamu. Menyisakan Gia yang terhempas ke kursi dan Garin yang menyusulnya duduk.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang