Bab 124. Monster yang Bangkit dari Kesunyian

1.3K 382 63
                                    

Barusan salah bab ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barusan salah bab ya...hehhehe
Selamat membaca eniwei...

*

Ndalem Kusumanegara adalah properti keluarga Pananggalih seluas 5000 m² dengan beberapa bangunan yang sebagian besar menjadi cagar budaya dan dibuka untuk umum sebagai tempat berwisata dan tempat pelajar dan mahasiswa terutama yang menyukai mata pelajaran sejarah, menggali ilmu di sana.

Salah satu bangunan di properti itu adalah beberapa paviliun yang sesekali dipergunakan oleh keluarga untuk beristirahat dan menjauh dari keramaian.

Dan kecanggungan menyergap di salah satu paviliun itu. Udara yang banyak dan bisa dihela dengan leluasa nyatanya tidak sanggup membuat suasana menjadi lega. Semua terasa menyesakkan bagi semua orang.

”Kita menghadapi manusia yang berbuat rusuh dan kejahatan dengan motif iseng dan kebosanan hidup. Saya tidak bisa diam saja lebih lama, Mas. Enggar tidak tahu apa-apa dan saya lengah menjaganya.”

Garin menoleh ke arah pintu belakang paviliun yang terbuka lebar. Dari tempatnya duduk sekarang, dia bisa melihat sosok Enggar Pramesti yang sedang berjemur ditemani oleh seorang perawat khusus. Gadis itu terlihat layu, nampak putus asa dan nyaris seperti seseorang yang enggan hidup.

”Aku minta maaf.” Garin menahan napas dan dia tetap berpikir bahwa tidak seharusnya Rion dan adiknya terlibat dalam masalahnya yang menjadikan Enggar jatuh dalam depresi seperti sekarang. Tangan Garin terkepal dan dia sudah lupa berapa kali dia menahan kemarahannya semenjak dia kembali dari penyekapan.

”Enggar menolak membuat laporan. Dia menolak menandatangi berkas apapun. Rafael benar-benar sudah mencuci otaknya dan dia sekarang berpikir mungkin saja dia sedang hamil.”

”Ya Allah...” Garin mengusap wajahnya dan pandangannya kembali ke arah Enggar Pramesti yang sekarang sedang disuapi buah oleh perawat.

”Mau tidak mau kita kembali pada skala prioritas kan Mas? Saya harus mendampingi Enggar dan menjaganya. Dia rentan kabur karena yang ada di kepalanya sekarang hanya Rafael saja.”

Garin membeku. Dia sudah mendengar tentang apa yang diucapkan oleh Rion itu dari Mas Angger dan istrinya, tapi mendengarnya langsung dari Rion beribu kali lebih menyesakkan.

”Bagaimana dengan orang tua kalian?”

”Itu adalah bagian yang tetap menjadi penolakan Enggar, Mas. Dan saya berpikir hal yang sama. Bapak dan ibu tentu akan membabi buta dan Enggar tidak ingin publisitas apapun. Sama seperti hidupnya yang selama ini bersembunyi dari keluarga besar. Dia cukup normal ketika membicarakan itu. Tapi ada bagian dari dirinya yang benar-benar sudah terikat oleh Rafael.”

”Ambilah waktu sebanyak yang kamu butuhkan. Aku benar-benar minta maaf kamu dan adikmu harus terlibat dalam masalah ini. Aku benar-benar minta maaf.”

Rion membisu. Pria itu menelan ludah kelu dan seperti sedang berada dalam posisi menyerah sekarang. Menyerah pada keadaan dan memilih menjalani semuanya tanpa protes apapun. Memendam kemarahan nya pada sosok Rafael Nadal demi bisa menjaga adiknya dan mempertahankan gadis itu di sisinya. Sesuatu yang berat ketika gadis itu hanya memikirkan Rafael sebagai tujuannya.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang