Bab 123. Jeda

871 235 67
                                    

Note : Pembaca tulisan saya di Wattpad semuanya orang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Pembaca tulisan saya di Wattpad semuanya orang baik. Jadi kalau ada satu orang nyacat hasil karya saya, saya bukan mempermasalahkan perasaan saya, tapi justru merasa prihatin dengan dia. Kasihan gitu harus berada di antara orang-orang baik. Belum tentu dia merasa nyaman. Kembali lagi pada hukum alam, susah untuk berpura-pura akan banyak hal. Termasuk berpura-pura baik di antara orang-orang baik.

Selamat membaca teman-teman. Silahkan tinggal jika memang masih mau, pergilah ketika sudah tidak cocok. Tidak usah bertahan kalau memang sudah tidak sreg dengan naskah ini. Mari saling mendoakan yang baik-baik saja. Terima kasih sudah mampir membaca dan menjadi bagian dari perjalanan saya menuliskan karya ini.

Ingat ya...saya cuma penulis amatir jadi jangan berharap lebih pada saya.

Lope sekebon buat kalian semua ♥️

*

Semua kembali ke Yogyakarta dan mengadakan pembicaraan panjang. Bondan menjadi yang terakhir mengunjungi Griya Bausasran dan berbicara dengan semua anggota keluarga. Dia mengakhiri kegiatannya di Jepang dan memberikan kesan yang baik. Daichi Yamaguchi bahkan mengirimkan pesan dalam sebuah amplop putih bahwa kapan saja Banyu Biru Pramoedya membutuhkan bantuannya, dia akan siap sedia.

Dan semua itu terjadi karena seekor ayam dengan sekujur tubuh sepenuhnya berwarna hitam sebagai penawaran. Begitu sepele dan berbanding terbalik dengan situasi yang mereka hadapi.

”Sakura Blossom meneruskan perjalanan ke Okinawa sesuai dengan rencana mereka semula. Daichi Yamaguchi mengambil alih untuk masalah intern mereka.”

”Terima kasih atas bantuan kamu, Ndan.”

Bondan terlihat mengangguk dan tidak mengangkat lagi kepalanya. Hal itu jelas membuat Garin yang berada di ruangan itu merasa bahwa dia sudah banyak mengacau sementara semua orang bekerja sangat keras.

”Maafkan saya Mas.” Permintaan maaf meluncur dari mulut Garin karena dia merasa dia memang harus melakukannya.

”Aku tidak berhak memberikan penghakiman apapun. Dan ini semua membutuhkan banyak sekali waktu untuk memperbaiki semua. Kalau ada yang bisa aku bantu.”

Garin membisu. Dia benar-benar merasa kecil di hadapan semua orang sekarang. Bahkan di hadapan Gempar yang jauh lebih muda darinya dan berdiam diri sejak tadi. Dia jelas jauh di bawah Mas Banyu Biru dan Mas Bondan secara umur. Namun dia bahkan bukan anak muda lagi yang tidak bisa memikirkan semuanya dengan baik. Dan dia gagal melakukannya.

”Fokus kita adalah pada Giana dan anak-anak. Tentu kita tidak bisa mengesampingkan Rafael tapi kita akan membuat jeda dan memilih skala prioritas dengan memikirkannya matang-matang.”

”Orang-orang saya akan tetap bersiaga Mas.”

”Terima kasih Ndan.”

Pembicaraan terhenti saat pintu diketuk dan seorang abdi dalem pria memberitahu Banyu Biru bahwa ada tamu dari kantor. Pria itu mengangguk dan beranjak. Dia berjalan keluar tanpa mengatakan apapun lagi dengan abdi dalem tadi mengekor di belakangnya. Gempar tersenyum kecil dan sesaat kemudian mengikuti bapaknya keluar.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang