Tentang Giana Putri yang diuber semua hal. Terutama diuber orang tuanya untuk segera menikah karena umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun.
Lalu lini masa dalam hidup membawanya masuk ke keluarga Danurwendo. Giana yang polos dan hanya mengerti b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lintang tidak tahu, Pak."
"Kamu tidak terlihat bingung sementara Rafa menghilang sampai hari ini."
"Kan Lintang tidak mungkin teriak-teriak, Pak."
Kepulan asap cerutu bergulung-gulung di udara yang lembab. Hawa dingin menyergap di sekitar rumah peristirahatan keluarga Jagadita Laksana di daerah Tawangmangu. Bapak dan anak itu menatap jalanan yang mengular di kejauhan. Musim liburan sudah berakhir dan tempat wisata air terjun di bawah sana menyisakan turis-turis asing yang justru baru memulai liburan mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa kamu sudah siap melepasnya? Ini sudah terlalu lama dan umur kamu sudah..."
"Pak, beri Lintang sedikit waktu lagi. Paling tidak sampai Mas Rafa ditemukan. Setelah itu, Lintang manut maunya bapak seperti apa."
"Kalau dia tidak ditemukan? Atau jadi bagian dari tulang belulang yang sedang diperiksa oleh forensik itu?"
Lintang Dianti terlihat menunduk. "Pemeriksaan seperti itu setidaknya tidak akan makan waktu bertahun-tahun."
"Seandainya saja kamu itu manut sama bapak dan ibu..."
Lintang tetap menunduk namun akhirnya dia beranjak dari duduknya. "Pengetahuan manusia tentang harus jatuh cinta dengan siapa itu nol, Pak. Bapak paling tahu itu."
Jagadita Laksana membisu dan menyesap cerutu di tangannya dalam. Asap kembali mengepul di udara dan seakan membeku di udara yang dingin, asap itu bergulung-gulung sangat lama.
"Ini bukan tempat yang aman, Pak. Ibu bisa datang kapan saja."
Lintang Dianti menoleh ke arah dalam rumah peristirahatan mereka sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya. Seorang pembantu rumah tangga terlihat hilir mudik di ruang tengah. Lintang hafal wanita itu. Salah satu kepercayaan bapaknya ketika bapaknya menggunakan rumah peristirahatan itu.
"Ibu kamu memiliki dunianya sendiri."
"Kalau memang pada akhirnya mencari kebahagiaan masing-masing, mengapa tidak pisahan saja, Pak?"