Bab 79. Senandung Yang Sama Seperti Bertahun-tahun Lalu

1.4K 379 61
                                    

Note : Rules nya gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Rules nya gitu. Bab 80 ada di Karyakarsa ya. Saya juga butuh cari uang tambahan. Secara anak saya 11.

Terima kasih dan selamat membaca. Besok, semoga hari kalian menyenangkan ♥️✨

*

Garin menoleh pada Rion yang berdiri bersandar pada pilar ruang tunggu IGD. Wajah pria itu tanpa ekspresi apapun. Melihatnya tidak segera meninggalkan Alamanda, Garin memaknainya sebagai rasa kemanusiaan pria itu yang belum mati. Tapi, sebuah rasa bermakna khawatir sepertinya benar-benar sudah memudar dari wajah teduh pria itu.

Garin menghampiri Rion dan mereka duduk di ruang tunggu yang dingin itu. Rion tidak bertanya apapun seperti lazimnya seseorang yang penasaran.

"Apapun yang dia lakukan, ini terakhir kali atau bayi itu tidak akan selamat. Begitu kata dokter Rani."

Rion mengangguk dan tetap membisu.

"Kamu bisa pulang kalau memang merasa tidak nyaman di sini." Garin menepuk pundak Rion pelan.

"Tidak apa-apa, Mas. Paling tidak sampai adik atau ibunya datang."

"Bu Indarti sedang ada urusan di Solo tapi aku sudah mengabarinya melalui Mbak Agni. Gempar sedang membawa Andi kemari."

Rion kembali mengangguk, kali ini disusul helaan napas pelan.

"Apa dia memang seperti itu sejak dulu, Mas?"

"Entahlah. Kata Mbak Agni hal-hal seperti itu muncul di permukaan baru-baru saja. Dulu Lintang Dianti cukup tenang. Buktinya dia bisa bekerja dengan baik bersama Mbak Agni selama beberapa tahun."

"Kata Mbak Gia, dia tidak mempercayai sebuah proses yang cepat untuk yang namanya perasaan Mas. Jadi Mbak Gia sudah tidak kaget dengan semua ini. Mbak Gia salah satu yang tidak memercayai Lintang Dianti dengan perasaannya yang mendadak berubah."

"Huum...untuk kasus kami memang seperti itu. Yang cepat adalah sampainya kami pada keputusan menikah. Tapi untuk perasaan, Gia benar. Dia bahkan menyandang leftovers lady selama bertahun-tahun demi perasaannya." Garin tertawa sumbang menertawakan bagaimana Gia menggambarkan dirinya sendiri.

"Mas beruntung."

"Entah kebaikan apa yang sudah aku lakukan hingga seberuntung ini..."

Mereka bergumam bersamaan.

"Setiap kasus pasti berbeda, Rion." Garin meluruskan kakinya. Dia lalu bersedekap karena kenyataannya dia tidak memakai jaket atau pun baju pelapis sementara pendingin ruangan di IGD itu sangat dingin. ”Kita tidak bisa menebak-nebak tentang kondisi Lintang yang sesungguhnya. Seperti yang sudah dikatakan oleh dokter Gemintang, dia memerlukan analisa psikologis dari dokter dengan disiplin ilmu itu."

"Intinya...dia sakit."

"Kurang lebih seperti itu."

"Dan bersama dengan orang sakit."

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang