Bab 37. Sorrow

1.4K 453 57
                                        

Garin menatap Gia yang tidak menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Garin menatap Gia yang tidak menangis. Instingnya yang kuat mungkin telah membantunya bersiaga atas segala kemungkinan. Garin yang sudah merasakan sesuatu tidak beres namun belum menemukan apa permasalahannya, akhirnya menyadari bahwa ikatan Gia dengan kucingnya Miki sangat kuat. Menemukan kucing bernama Haruto menjadi pemicu pamungkas terkuaknya alasan mengapa Gia gelisah.

"Dia sehat-sehat saja kan Mas kemarin itu...?" Pertanyaan Gia mengambang dan Garin meremas tangannya. Entah sudah berapa kali Gia menanyakan hal tersebut padanya dan entah berapa kali pula dia mengangguk. Kenyataan itu memang benar. Miki sehat-sehat saja ketika mereka menitipkannya ke petshop.

Penerbangan menjadi sangat menjemukan. Transit di Kuala Lumpur membuat gelisah hati yang diselimuti ketergesaan. Garin merasakan tangan Gia yang tak kunjung menghangat walaupun dia menggenggamnya sejak tadi.

"Apa ada yang terlewat ya Mas?"

"Tidak. Miki baik-baik saja kemarin, Dek. Begitu sampai Mas akan selidiki."

Gia mengangguk pasrah dan menyandarkan kepalanya di bahu Garin. Dia menghela napas pelan dan mengusap lengan pria itu. "Maaf ya Mas jadi kacau liburan kita."

"Kok minta maaf? Tidak apa-apa. Sudah ya, sekarang coba tidur dulu. Mas janji sampai Solo kita akan cari tahu."

"Huum." Gia memejamkan mata dan mencoba untuk tidur. Tidak ada alasan baginya membantah suaminya. Garin sudah sangat pontang panting mengurus kepulangan mereka yang mendadak. Dan mereka jelas kelelahan sekarang.

Penerbangan panjang dan disusul dengan regulasi yang sedikit lebih lama dari biasanya. Tiba di Solo bukan berarti bisa segera kembali ke rumah. Dengan alasan keamanan yang diperketat, pemeriksaan di terminal kedatangan menjadi lebih lama.

"Duh...ujian..." Hanya itu yang bisa Gia bisikkan dan Garin mengusap punggung tangannya lembut. Gia merasa cukup heran, bagaimana suaminya itu bisa sangat tenang menghadapi situasi seperti itu. Banyak penumpang lain bahkan sudah mondar mandir menemui petugas bandara untuk bertanya dengan emosi yang nyaris meluap. Gia mendongak menatap Garin yang pandangannya tertuju ke arah beberapa petugas bendara yang sibuk dengan tugasnya. Di sana bahkan ada beberapa petugas dengan seragam keimigrasian.

"Ketenangan yang mematikan. Mas Garin bisa menjadi sangat berbahaya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku akhirnya menyadari, inilah kesimpulan mengapa sejak pertama melihatnya, aku merasakan rasa takut yang merayap di hatiku. Ada sisi lain dari suamiku yang bahkan akan aku takuti. Takut...sekaligus kagum?"

Gia membatin kata-katanya dan merasakan remasan di jemarinya lembut. Garin tidak menunduk menatapnya, pria itu bergeming namun Gia tahu bahwa Garin menyadari bahwa dirinya menatapnya sejak tadi.

Membutuhkan tiga kali beranjak dari tempatnya duduk hingga semuanya selesai dan mereka bisa keluar dari area bandara. Gia merasakan bokongnya panas saat duduk di dalam sebuah taksi namun cukup bersyukur lalu lintas lancar dan mereka segera sampai di rumah.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang