Bab 42. Tamu pada Pagi Hari

1.5K 451 93
                                    

"Saya tidak menyangka akan bersilaturahmi dengan Mas Gempar dalam suasana seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya tidak menyangka akan bersilaturahmi dengan Mas Gempar dalam suasana seperti ini."

"Jalan hidup memang tidak bisa ditebak kan? Dan aku masih berharap semua hanya permainan iseng seorang jenius yang bingung bagaimana cara mengisi hari."

"Sayangnya...tidak Mas." Andi Maheswara menunduk dan menekuni tangannya yang bertaut.

"Huum. Kamu tahu aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi dan memberikan harapan lebih. Garin Mullen adalah bagian dari keluarga Pramoedya dan Danurwendo. Aku ingin menegaskan itu sejak awal."

Andi Maheswara mengangguk samar. Dia tidak kaget lagi dengan Gempar yang bersikap seperti itu. Dulu sekali, Andi sudah melihat Gempar yang seperti sekarang. Dan tidak ada yang berubah. Tegas dan bicara apa adanya. Perkataannya barusan adalah sebuah peringatan keras.

"Kita buat ini mudah saja. Aku tidak suka bertele-tele. Aku akan menyelaraskan semuanya denganmu mulai sekarang. Kamu ingin berhenti atau terus. Itu saja."

Loe jual gue beli.

Andi Maheswara termenung mendengar perkataan seniornya itu. Urusannya tidak sesederhana yang dipikirkan oleh orang. Dia sudah melangkah sangat jauh dan berhenti di tengah jalan akan membuatnya gagal. Dan dia tidak boleh gagal. Tapi, saat tahu yang dia hadapi adalah sosok Gempar Merapi Pramoedya, maka sepertinya dia harus memikirkan cara lain.

"Saya...memiliki masalah besar, Mas."

"Huum...siapa yang tidak kan? Tapi terus terang aku tidak melihat ada korelasinya antara kamu dengan Om Garin. Tidak secara langsung."

Andi Maheswara menunduk lagi dan itu sepertinya sudah cukup untuk Gempar. Dia melihat Andi begitu kebingungan. Dan dari wajah pemuda itu, Gempar tahu dia memang jujur bahwa dia memiliki masalah yang besar.

"Aku sebenarnya sudah tahu kalau itu kamu dari pola-pola khas yang kamu buat. Tapi aku menghargai bahwa kita pernah dalam satu almamater. Aku belum bilang mengenai hal ini agar kita tetap obyektif. Haaah...aku benar-benar tidak ingin mencampuri urusan orang. Tapi tidak ketika urusan itu melibatkan keluargaku, Ndi. Jadi, apakah urusanmu terkait dengan sosok Rafael Nadal?"

Andi Maheswara mendongak dan menatap Gempar yang tertawa sumbang. Sekali lagi, Andi cukup terkesan dengan langkah-langkah yang diambil oleh Gempar hingga dia bisa tahu ada sosok Rafael Nadal di lingkaran ruwet mereka.

"Saya...memiliki tujuan sendiri, Mas. Dan saya hanya kacung pembersih kekacauan yang dibuat oleh pria itu."

"Dan kamu harus tetap melakukannya karena mereka bagian dari orang-orang yang akan membuat tujuan kamu tercapai."

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang