Bab 68. Tawaran Barter dari Si Gila

1.5K 418 74
                                    

Note : Bab 69

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Bab 69. Pintu yang Tertutup dan Sebuah Rahasia, hanya tersedia di Karyakarsa. Terima kasih.

Meringkuk dengan keringat sebesar-besar biji jagung mengalir di pelipisnya, Lintang Dianti tidak lagi mendengar suara Rion dan ibunya. Dia menatap kunci kamar yang diselipkan oleh Rion melalui celah pintu. Lintang tidak meraihnya dan hanya memandangnya dengan tatapan dingin. Lintang membisu dan mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya dan mengira-ngira apa yang tengah terjadi sekarang. Di benaknya, dia mulai merangkai tebakannya sendiri.

Seseorang telah melakukan sesuatu pada seorang gadis bernama Enggar Pramesti. Ibunya Rion mengatakan tentang adik jadi Lintang yakin gadis bernama Enggar Pramesti itu adalah adik Rion.

"Apa Mas Rafa terlibat? Apa harus sejauh ini?" Puluhan kata bergumul di kepala Lintang. "Aku benar-benar malapetaka buat Mas Rion kalau sampai apa yang terjadi sekarang ada hubungannya dengan Mas Rafa."

Lintang yang sejak tadi menggenggam ponselnya, menatap ponsel itu. Sebuah pesan masuk dari Rion.

"Jangan kemana-mana, Dek. Makanlah. Mas akan kembali secepatnya."

Pandangan Lintang kembali ke arah kunci kamar yang tergolek di lantai. Dia menatapnya masih dengan tatapan dingin. Otaknya tidak kunjung mengirimkan perintah kepada tangannya untuk mengambil kunci itu. Lintang memaknainya sebagai kenyataan bahwa dia mulai takut pada dunia luar dan segala isinya.

Lintang menggeleng setelah beberapa saat berperang dengan batinnya sendiri. Dia beringsut mengubah posisi duduknya dan meluruskan kaki. Matanya menatap perutnya yang tertutup terusan berwarna hitam pekat. Kehamilannya bahkan tidak kentara sementara seharusnya di usia kehamilan seperti itu, perubahan sudah banyak terjadi.

"Kamu bahkan belum terlahir ke dunia tapi dunia sudah memberimu penghakiman yang kejam." Lintang menatap perutnya lekat- lekat dan tertawa sumbang. "Mereka berpikir bahwa menjadi anakku adalah sebuah kesalahan. Dan ketika mereka tahu bapak kamu adalah seorang penjahat, lalu dunia akan berkata seperti apa lagi padamu? Huum?" Lintang kembali tertawa lirih. Tawa pendek sarat makna sarkasme.

Lintang menyadarkan tubuhnya ke dinding. Kesunyian menyergap dari arah luar. Dia menoleh ke arah jendela dan menatap cahaya terang matahari pagi menjelang siang. Rion bahkan sudah menyibak tirai sejak pagi buta dan mereka berencana makan di dapur pagi itu. Rion sudah memasak. Setengah jalan. Dan ibunya datang dengan amarah. Rion mengungsikan dirinya ke kamar karena wanita itu mulai mengamuk ke arahnya. Dalihnya mengajak bicara tertutup oleh tangan wanita itu yang terus berusaha menjangkaunya dan berusaha memukulnya.

Lintang berdeham lirih. Tertawa pada dirinya sendiri. "Aku berniat diam saja...tapi mungkin tidak. Huum..."

Tiba-tiba Lintang Dianti meraih kunci di sampingnya dan beranjak. Dia memegangi perutnya sambil membuka pintu. Sejenak dia menoleh ke seantero kamar Rion dan menggeleng saat tidak menemukan apa-apa.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang