Bab 86. Sebuah Kabar di Pagi Hari

1.3K 396 35
                                    

Dan menjalani hari seperti berada dalam gelembung transparan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan menjalani hari seperti berada dalam gelembung transparan. Menunggu dalam ketidakpastian. Meneguhkan hati mau tidak mau mengikuti prosedur dari kepolisian. Belajar dari yang sudah-sudah bahwa itu akan berjalan sangat lambat, memaksa mereka menjadi bersabar.

”Pengalaman membuktikan...”

Gempar tertawa mendengar ucapan Garin. ”Itu seperti sebuah slogan perusahaan dagang yang diikuti dengan iklan S3 Marketing.”

Mereka tertawa pelan dan Garin menepuk Andi yang duduk diam di sampingnya. ”Diam bukan berarti kita benar-benar diam. Tapi itu berarti kita melakukan apa yang kita bisa diam-diam. Pulihkan keadaan kamu dulu walaupun sulit. Apa rencana kamu?”

”Saya mau sibuk di Story Book sampai saya benar-benar membaik. Saya tidak ingin sakit secara mental.”

”Sudah bicara dengan ibu? Bagaimana dengan menyelesaikan kuliah...” Gempar menimpali ucapan Andi.

"Saya malas mikir Mas. Dan saya sudah bilang Tante Agni.” Andi menyahut cepat. Dia menggeleng dan mengusap wajahnya seakan baru melihat kengerian dan arti nyata dari kebosanan di depan mata.

”Orang bisa sukses tanpa gelar. Tapi belajar dan mendapat gelar juga penting. Paling tidak kamu tidak akan kesulitan mengajari anak-anak kamu besok.” Garin berkata dengan serius. ”Kami tidak akan memaksa atau mengatur, tapi tolong dipikirkan dengan serius.”

”Penyakit orang yang jenius itu memang malas mikir. Bukan karena apa-apa, tapi kepala mereka sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran tanpa mereka sadari.”

Andi Maheswara terlihat terdiam dan melamun. Dan pemuda itu mengangguk sesaat kemudian. Teh pagi akhirnya habis dan semua membubarkan diri. Griya Bausasran menjadi sepi dengan para abdi dalem yang bekerja tanpa banyak berbicara.

Sesuatu yang diamati oleh Giana dari dalam kamar kakak iparnya. Sebuah kepatuhan turun temurun karena kenyataannya, abdi dalem yang bekerja di rumah itu hampir semua adalah keluarga. Bapak atau ibu mereka pensiun, tak jarang anak-anak mereka menjadi penerus. Orang Jawa bilang menjadi bekerja sebagai abdi dalem itu bukan semata karena uang tapi lebih ke ngalap berkah.

”Kadang sesuatu memang tidak harus diteruskan ya Mbak. Ketika kita sudah mendengar sesuatu telah dibuktikan secara disiplin ilmu.”

”Ilmu dan manusia juga bisa salah Giana. Tapi kamu benar, ada beberapa hal memang tidak perlu diperpanjang.”

”Yang mengganjal adalah Andi belum menemukan ponsel ibunya. Dan sampai sekarang keberadaan Pak Wahyu juga belum ditemukan. Masuk ke perusahaan sangat sulit. Orang-orang mereka membuat barikade. Bahkan mereka memutus kerjasama dengan Mbak Agni.”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang