Bab 24. Problematika Pacar Lima Langkah

1.6K 444 51
                                    

Gia menyamakan langkah dengan Kinanti namun di sepanjang perjalanan mereka masuk ke komplek, wanita itu terlihat kepayahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gia menyamakan langkah dengan Kinanti namun di sepanjang perjalanan mereka masuk ke komplek, wanita itu terlihat kepayahan. Gia merasa serba salah. Tangannya terulur beberapa kali ingin membantu wanita itu berjalan namun urung karena Kinanti menatapnya dengan pandangan yang seolah menyiratkan bahwa dia tidak berkenan.

Perjalanan yang sebenarnya tidak terlalu jauh itu menjadi terasa jauh ketika Kinanti beberapa kali berhenti dan berpegangan pada tiang lampu jalan dan tiang telepon. Gia yang sedang gelisah karena belum berhasil mendengar kabar dari Garin apalagi menemukan pria itu, menahan napas beberapa kali. Dia seperti terjebak dalam sebuah cerita horor dengan jumpscare tanpa jeda.

Setelah beberapa saat akhirnya Gia menghela napas samar. Mereka sampai di depan pagar rumah Garin dan Gia menekan bel. Mereka menunggu sesaat dan Mbak Lastri membukakan pintu pagar. Asisten rumah tangga itu cukup terkejut dengan kedatangan Kinanti namun tidak berkata apa-apa. Dengan sigap dia membantu Kinanti masuk dan Gia membantu menutup pintu pagar. Dia menahan pagar itu dan menoleh ke arah Kinanti dan Mbak Lastri. Kinanti menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Sudah tidak usah diantar masuk. Ada Lastri."

Gia urung melangkah dan mengangguk. Tangannya terulur membuka pagar lagi. "Saya pulang dulu, Mbak Lastri. Mari."

"Oh...nggih Mbak Giana, terima kasih banyak."

Gia mengangguk dan dengan ragu keluar. Dan sesaat setelah mendengar bunyi penanda pagar tertutup otomatis, Gia masih berdiri di depan pagar. Suasana benar-benar sudah sunyi dan hanya lampu jalan yang menyala. Beberapa lampu di balkon tetangga seberang jalan juga menyala namun tidak ada satupun orang yang berada di luar.

Gia beringsut dan berjalan ke arah gang rumahnya. Sambil mengusap lengannya yang berbalut mantel hangat, Gia memutuskan untuk menunggu sejenak. Dia berdiri agak masuk ke gang dan merogoh ponselnya. Gia mulai memeriksa ponselnya dan menggeleng. Garin bahkan tidak mengirimkan pesan apapun atau mencoba menelponnya.

"Duh...ada apa ya?"

Gia menghentakkan kakinya yang mulai digigit nyamuk. Beberapa kali dia juga menepuk kakinya sembari terus menatap ke jalanan di depannya. Tidak ada tanda-tanda Garin akan muncul. Bahkan hingga suara-suara mobil di kejauhan menghilang menyisakan suara motor, itupun dengan jeda yang cukup lama.

Menyerah karena nyamuk yang semakin brutal. Gia akhirnya berjalan menyusuri gang dan menuruni undakan menuju pagar rumahnya. Dia menekan kombinasi angka password pagar itu dan mengusap lehernya. Gia merasakan hawa-hawa aneh dan ganjil seperti ada orang yang sedang menatapnya.

"Aaah...mungkin perasaanku saja karena terlalu khawatir." Gia masuk ke halaman rumahnya dan menarik pintu pagar. Dia menunggu hingga pagar itu benar-benar tertutup sebelum melintasi halaman dan masuk ke rumah.

Gia mematikan lampu di ruang tamu dan berjalan menuju ruang tengah. Dia menyalakan lampu utama di ruangan itu dan memeriksa suhu AC. Gia menelan ludah karena dia merasa kehausan sekarang. Sambil membuang napas Gia berjalan ke dapur dan meminum segelas air dingin.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang