Bab 109. Wanita yang Menjadi Bagian Dari Masa Lalu

1.4K 379 70
                                    

Note : Bab 110

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Bab 110. Yang Tidak Pernah Meninggalkan Dalam Kota adalah bab dengan mature content, jadi tidak di publish di Wattpad. Silahkan dukung saya di Karyakarsa.

Terima kasih banyak dan selamat membaca ♥️

*

”Aku tidak kuat mendengar penjelasan ini.” Dian Agni terlihat mulai mengigit kukunya dan menatap suaminya yang terlihat tenang.

”Kami harus mengadakan pembedahan lanjutan begitu kondisi Gia stabil. Yang sekarang harus kita syukuri adalah mereka selamat atas tindakan cepat Andi. Semoga itu bisa membuat kalian tetap bersyukur karena ke depannya, ini tidak akan mudah.”

”Istilah awamnya, biar aku yang sederhanakan.”

Semua pasang mata memandang ke arah dokter Gemintang. ”Bayi itu sempat tertahan setengah jalan dan Gia terlanjur pingsan.”

”Ya Allah Mbak...” Dian Agni menggeleng dan meremas tangannya yang berkeringat. ”Kalau tidak cepat sampai IGD, bisa saja mereka tidak selamat.”

”Biar kamu yang fokus di sini. Bagaimana dengan perkembangan terkait Garin, Mas?” Dokter Angger menoleh pada sosok Banyu Biru yang sejak tadi diam.

”Dalam banyak kasus, menurut Rion, polisi cenderung menunda penyelidikan hingga berbulan-bulan.”

”Aaah...kita berpengalaman sekali dengan yang seperti itu ya?" Dokter Gemintang melenguh panjang dengan wajah kecewa seakan di masa lalu dia sering mengalami hal seperti itu.

”Sepanjang hari terus terang aku sport jantung Mbak. Over thinking dengan keadaan Gia dan bayinya. Ya Allah Gusti...”

”Kami berusaha yang terbaik. Bayi butuh observasi lanjutan dan kami akan berkabar secara signifikan.”

”Matur nuwun, Ngger.”

”Sama-sama Mas. Jangan lupa janjian sama Mas Farel dan Mas Galih, Mas.”

”Oke, Ngger.”

"Kita permisi dulu kalau begitu Mas.”

Semua beranjak dan berbicara sesaat lagi di koridor sebelum membubarkan diri.

”Aku harus mengantar ibu pulang Mas. Bagaimana?”

”Tidak apa-apa. Sekalian istirahat dan besok siang baru kemari lagi. Biar Mas ke kantor dari rumah sakit.”

”Nggih, Mas. Oya...Andi bagaimana Mas?”

”Gempar akan ikut ke Singapura. Dia sudah mengambil cuti. Sangat berbahaya kalau membiarkan Andi pergi berdua saja dengan Rion. Entahlah. Tapi Mas merasa bahwa Rafael dan ibunya cukup licik.”

”Bukan cukup tapi memang sangat licik. Bisa-bisanya mereka berdiam diri seakan tidak terjadi apa-apa. Dan Pak Jagad, manusia seperti apa dia itu sampai diam juga saat melihat kekacauan seperti ini?”

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang