Bab 57. Kasih Ibu Sepanjang Jalan

1.5K 435 67
                                    

Bab 55

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 55. Kebisuan yang Terurai adalah part mature content 21++ dan hanya tersedia di Karyakarsa.

Terima kasih dan selamat membaca teman-teman ♥️

*

"Om kamu meninggalkan ponselnya, Gempar. Ada apa?"

Gia bertanya keheranan karena Gempar bertanya dengan nada suara seperti tengah diburu waktu. Garin memang meninggalkan ponselnya di kamar dan Gia baru menyadarinya ketika suaminya itu dipastikan sudah jauh meninggalkan griya Bausasran. Tidak mungkin menelpon siapapun sekarang karena Garin mengendarai mobilnya sendiri.

"Wah...kebiasaan sekali Om Garin. Huum...tidak ada apa-apa Tante. Gempar cuma mau bicara sedikit. Bisa besok kok."

"Oh...tidak mau bicara saja dengan Tante?"

"Heh? Tidak dong...ini urusan pria Tan..."

Mereka tertawa dan Gia berdeham. Dia jelas tidak yakin tidak ada apa-apa seperti yang dikatakan oleh Gempar, tapi dia juga tidak bisa memaksa pemuda itu bicara. Sambungan telepon ditutup oleh Gempar sesaat kemudian dan Gia meletakkan ponsel Garin ke atas nakas.

"Tiduran dulu ya. Sebentar." Gia meletakkan Ghania ke ranjang. Balita itu segera sibuk dengan bantal hamilnya. Gia naik ke ranjang dan menemani gadis cilik itu bermain. Dia berusaha mengabaikan pikirannya yang kepo. Gempar jelas terdengar serius dan tidak mungkin tidak ada apa-apa yang terjadi. Mengingat itu, Gia beranjak pelan dan mendekati jendela kamarnya yang terbuka. Matanya nyalang menatap jalanan depan rumahnya yang ramai lalu lalang orang. Dia berusaha mencari-cari siapa tahu terjadi sesuatu atau lebih tepatnya, Rafael Nadal kembali berkeliaran.

"Kalau iya pasti Gempar memberi peringatan dong. Tidak mungkin dia diam saja." Gia kembali menatap jalanan dan memastikan tidak ada Rafael Nadal yang berkeliaran atau berdiri di seberang jalan dengan gesture misterius yang memberi kesan mengerikan. Gia menatap tukang nasi goreng Madura yang seperti biasanya, dikerubungi mahasiswa yang kost di seberang jalan. Tidak ada sosok Rafael Nadal yang mencolok membaur dengan mereka.

Pandangan Gia beralih ke pos di dekat gerbang rumah. Dua orang satpam terlihat bermain catur masih dengan peci mereka. Dua gelas kopi mengepul di atas meja kecil di samping jendela pos lengkap dengan sepiring bolu dan se toples keripik singkong. Suasana sekitar rumah nampak tenang dan tidak terlihat ada yang mencurigakan.

Gia berbalik ke kamar dan mendapati Ghania sudah turun dari ranjangnya.

"Eeeh...kok turun? Ibu sedang sibuk di bawah. Di sini saja ya? Huum..."

Gia mengangkat Ghania kembali ke kasur. Balita setahun delapan bulan itu berguling kegirangan karena berpikir Tantenya mengajaknya bercanda. Dan akhirnya memang seperti itu sampai kemudian Ghania menjadi rewel karena haus. Gia menggendongnya keluar dari kamar menuju lantai bawah.

"Mbak..."

"Huum...?"

Gia mengulurkan Ghania ke arah iparnya dan bayi itu segera sibuk menyusu.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang