Bab 75. Fair Play

1.6K 416 37
                                    

Note : Kalau ambyar, berarti bab pengikatnya ada di Karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Kalau ambyar, berarti bab pengikatnya ada di Karyakarsa ya.

Begitu juga bab 76. Yang Seharusnya Menjadi Rahasia

Hanya akan ada di Karyakarsa. Mungkin nanti di publish di sini tapi agak butuh waktu.

Selamat pagi menjelang siang. Selamat membaca yang sedang rehat. Semoga hari kalian menyenangkan ✨♥️

*

"Dua wanita itu, punya kekuatan masing-masing. Siapa yang akan memisahkan? Kita terlanjur tercebur dalam permasalahan mereka, Mas." Gia berbisik tertahan pada Garin yang berdiri mematung.

"Ada 3 orang di sini. Ajarkan istrimu untuk bersikap sopan. Berbisik-bisik di depan orang ketiga jelas tidak termasuk dalam sebuah ajaran kesopanan."

Garin bergeming. Gia beringsut lebih mendekat padanya dan menatapnya lekat. Suaminya itu tetap diam saja dan menatap Rafael yang berdiri di depan mereka. Gia melirik Rafael dan pria itu tersenyum manis padanya membuat Gia seketika menaikkan sudut bibirnya tajam. Dia benar-benar khawatir dengan apa yang sedang dilakukan oleh Bu Indarti dan Bu Niken di ruang istirahat dokter jaga IGD dan melihat dua pria di dekatnya bersitegang jelas memperburuk suasana hatinya dan menambah kekhawatirannya. Walaupun kenyataannya, sejak tadi tidak sepatah katapun keluar dari mulut suaminya. Sejak tadi, Rafael lah yang mengoceh.

Sudah tiga puluh menit dan sepertinya yang berada di ruang istirahat dokter belum menemukan titik tengah. Walaupun tidak ada teriakan atau lengkingan khas wanita yang bersitegang, tapi Gia tahu bahwa situasi di dalam sana sangat menegangkan. Gia melirik pintu ruang istirahat itu yang terbuka dan dokter Gemintang keluar dengan setumpuk berkas.

"Mas...dipanggil Mbak Gemintang." Gia menarik Garin dan Garin memutus pandangannya pada Rafael. Terdengar tawa Rafael yang menurunkan tangannya dan memasukkannya ke dalam saku. Gia memegang lengan Garin yang melangkah menuju meja jaga. Dia masih sempat menoleh ke arah Rafael yang memandang mereka dengan tatapan mencemooh.

Mereka mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh dokter Gemintang. Gia tetap memegangi lengan Garin untuk berjaga kalau-kalau suaminya itu akan membuat konfrontasi dengan Rafael. Mustahil seorang pria akan diam saja ketika pria lain melontarkan kata-kata penuh provokasi. Gia jelas menjaga agar Garin tetap tenang.

Gia menoleh tepat setelah Garin mengangguk dan menerima beberapa berkas dari dokter Gemintang. Dari kejauhan, di ujung koridor, Gia melihat sosok Mas Banyu Biru berjalan ke arah mereka. Kelegaan membuncah di hati Gia hanya dengan melihat kehadiran pria itu yang bahkan masih mengenakan seragam dinasnya. Mas Banyu Biru segera berbicara dengan dokter Gemintang dengan wajah serius.

Ketegangan kembali terasa saat dari pintu ruang istirahat dokter terbuka dan sosok Niken Palupi keluar sambil menenteng tas tangan kecil branded nya dengan elegan. Wajahnya terlihat tenang tapi tak bisa dipungkiri, wanita itu seperti menyimpan sebuah rahasia. Niken Palupi terus berjalan di sepanjang koridor dan Rafael yang sejak tadi berdiri mematung di depan pintu ruang istirahat dokter itu, segera mengekornya.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang