Bab 130. Laut Biru dan Pelangi

1.5K 383 118
                                    

Saya sedang berduka, tapi ketika ada seseorang yang mengetahui situasi saya dan tetap datang meminta bantuan pada saya, itu artinya orang itu benar-benar sudah tidak menemukan jalan lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya sedang berduka, tapi ketika ada seseorang yang mengetahui situasi saya dan tetap datang meminta bantuan pada saya, itu artinya orang itu benar-benar sudah tidak menemukan jalan lain.

Teman-teman, saya pernah post seorang anak yang mengalami bocor ginjal dulu, dan sekarang dia membutuhkan banyak dana untuk meneruskan pengobatan. Mau kah berdonasi sedikit kalian yang sedang berkeluangan rejeki? Modal percaya saja ya. Saya belum bisa ngomong banyak karena kondisi saya juga sedang sedih banget.

Kalian yang mau membantu silahkan ke 6281263649  BCA a/n NIKEN ARUM DHATI

Terima kasih banyak dan selamat membaca.

*

”Tiba-tiba sekali membatalkan acara ke Shibuya Sky Walk. Kenapa? Bukankah itu tempat yang menarik? Aku bahkan belum pernah mengunjunginya.”

”Ini sudah cukup. Perjalanan memancing rasanya lebih menarik.”

”Tentu saja. Setidaknya kau tidak mabuk laut.”

”Sarkasme itu apa karena kau tidak terima dengan apa yang aku lakukan? Mari kita berpikir dengan pola yang sama Prof. Anda menyakiti saya jauh sebelum situasi ini terjadi. Lihat kan? Saya bisa bekerja dengan baik sekarang. Seandainya anda tidak membeda-bedakan teman anda di masa lalu, tidak akan ada situasi seperti ini Prof. Dan tentu saja...saya kan bukan orang baik yang pandai melupakan rasa sakit. Saya orang yang suka membalas.”

”Aku tahu bagian itu. Tapi kau membuatnya melebar kemana-mana.”

”Anda tahu aku tidak suka diusik dan orang-orang di sekitar anda sangat rusuh.” Nada suara Rafael naik sedikit dan dia mulai membahasakan dirinya dengan sebutan aku.

Garin membuang pandangannya ke jalanan di depan mereka dan fokus mengemudikan mobil. Yang didefinisikan oleh Rafael sebagai rusuh itu adalah sikap saling perduli, penuh kehangatan dan membela yang dimiliki oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

”Apa yang kamu lakukan semuanya bersinggungan dengan hukum. Apa yang kamu lakukan pada adik Rion Sambara itu, apa kamu berpikir Rion akan menerimanya begitu saja?”

”Aku siap menikahi gadis itu kalau dia mau.”

Kalimat itu meluncur dengan sangat ringan dari mulut Rafael yang sejak tadi mengunyah permen karet. Garin membuang napas samar. Kalimat yang diucapkan oleh Rafael itu jelas ciri-ciri sumber daya manusia rendah yang acap kali menggampangkan segala sesuatu. Dia pikir dengan menikahi korbannya semua akan selesai begitu saja.

”Apa kamu tidak pernah memikirkan proses hukum yang akan mengikuti semua tindakan kamu itu?”

”Anda melakukannya Prof? Tidak bukan? Kenapa anda tidak melakukan itu sementara aku sudah membuat istrimu nyaris mati?”

Barangkali, manusia manapun yang mendengar kalimat blak-blakan seperti itu akan mendorong siapapun yang mengatakan hal itu keluar dari mobil. Dan Garin ingin sekali melakukannya namun dia memilih diam dan memegang kemudi erat.

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang