Bab 39. Portal yang Terbuka

1.3K 464 122
                                    

"Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak..."

Terbangun dengan pening di kepalanya. Lintang menyibak rambutnya yang acak-acakan menutup wajahnya. Dia mendongak dan membuka matanya dengan susah payah. Kesadarannya sulit sekali pulih. Dia menatap sekelilingnya dan hal yang pertama dia ingat adalah Rafael.

"Di mana..."

Lintang menahan pertanyaannya dan mengerjap menatap sosok pria yang berdiri di dekat pintu.

"Pak Wahyu ada apa...kok tahu aku di sini?"

"Sebaiknya Mbak Lintang mandi air hangat dulu. Biar saya tunggu..."

Lintang segera menyadari ada hal yang sangat mendesak kalau sampai tangan kanan bapaknya itu mencari keberadaannya dan mendatanginya. Dia beringsut ke tepi ranjang dan menarik selimut ketika akhirnya menyadari bahwa dia tidur dalam ketelanjangannya. Dia melirik Pak Wahyu yang membuang muka dan berjalan keluar sambil menutup pintu.

Lintang beranjak ke kamar mandi dan termenung di sana. Dan setelah merasakan suhu tubuhnya menjadi normal lagi, Lintang mengguyur tubuhnya dengan air dingin dan perlahan kesadarannya pulih. Dia merasakan sakit di kepalanya bertambah intens namun dia mengabaikannya. Lintang tidak terlihat terburu-buru menyelesaikan mandinya dan dia baru keluar menemui Pak Wahyu 15 menit kemudian.

Lintang mengikat tali bathrobe dan mengambil teh panas di meja. Pak Wahyu jelas tahu keadaannya dan dia pasti meminta teh panas itu pada staf layanan kamar. Berpikir bahwa tidak ada yang penting selain urusan pabrik, Lintang duduk dengan tak acuh dan memegang cangkir teh panas dengan kedua tangannya.

"Ada apa, Pak?"

"Mbak Lintang harus ke Yogyakarta segera."

"Loh...ada apa? Aku baru sampai dan jadwalku cukup padat."

"Seluruh jadwal di pending, Mbak."

"Loh ada apa? Kenapa tidak ada pemberitahuan?"

Pak Wahyu tidak menjawab. Pria itu meraih remote dan menyalakan TV. Lintang yang heran menoleh dan menatap layar televisi yang menyala. Tanpa memilih chanel, Pak Wahyu membisu.

"Ini...kapan?"

"Subuh tadi Mbak."

Lintang meraih ponsel dan menatap layar. Jam menunjukkan pukul 09:30. Dia membeku di tempat duduknya. Suara penyiar televisi bersahutan. Bisa dipastikan berita itu sudah memenuhi media sekarang. Lintang membuka beberapa portal pemberitaan online dan berita tentang kebakaran itu menjamur. Bahkan menjadi liputan dengan siaran langsung oleh beberapa media besar.

"Bapak bagaimana?"

"Bapak shock. Keadaannya tidak baik dan sekarang sedang mendapatkan perawatan di RS Bethesda."

"Aku harus mengurus semua yang di sini kan, Pak? Apa yang tersisa?"

"Tidak ada yang tersisa, Mbak. Pabrik ludes nyaris rata dengan tanah. Dan kita terpaksa merumahkan karyawan."

LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang