Bab 22. Masa Lalu yang Meninggalkan Jejak Menyakitkan

1.8K 468 89
                                    

Flashback on

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flashback on

Musim dingin.

Setiap manusia memaknainya dengan cara yang berbeda. Ada yang menganggapnya biasa karena secara konsisten mengalami, tapi ada juga yang memaknainya sebagai sesuatu yang spesial karena perasaan-perasaan khusus seperti, menyukai musim dingin atau menganggap musim itu adalah anugerah.

Jurnal harian yang selalu tertata apik. Hari-hari di kampus yang berjalan dengan baik. Sebagian orang melihatnya sebagai sesuatu yang membosankan ketika seseorang sanggup bertahan di tempat yang sama selama bertahun-tahun lamanya. Orang tidak lagi menghitung karena sudah terlalu lama dan menjadi biasa dengan atmosfer seperti itu.

"Prof, saya sudah memesan makanan. Apa kita perlu memesan minuman panas?"

"Oh...kita pulang saja dulu. Salju sepertinya akan sangat deras."

"Baik."

Keluar dari stasiun dan berjalan di sepanjang trotoar bersama dengan rombongan lain. Mereka tidak bisa beriringan karena dari arah berlawanan banyak pejalan kaki berjalan cukup cepat untuk mengejar kereta terakhir.

 Mereka tidak bisa beriringan karena dari arah berlawanan banyak pejalan kaki berjalan cukup cepat untuk mengejar kereta terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini seperti puncak musim dingin ya Prof?"

"Huum...begitulah. Kurang beberapa hari lagi kan?"

"Iya, Prof."

Garin Mullen menepuk pria di sampingnya dan mereka meneruskan langkah menyusuri trotoar. Keadaan benar-benar tidak memungkinkan mereka untuk berhenti. Mereka terus memacu langkah hingga sampai di sebuah gedung apartemen 3 lantai. Payung sedikit dikibaskan dari air lalu ditutup dan diletakkan di keranjang jalin dari besi. Lampu di atas pintu utama menyala menandakan sensor panas menangkap panas tubuh manusia berada dalam jangkauan.

Bibir bergetar menahan dingin yang menembus tulang belulang. Memilih menjangkau lantai 2 dengan menaiki tangga alih-alih menggunakan lift, Garin dan pria itu memacu langkah sambil menggosok-gosok telapak tangan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LEFTOVERS LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang