20. Kejutan Untuk Sang Bidadari

9.6K 423 4
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Tak ada kata yang tak mungkin untuk Allah
Allah pasti akan menyatukan kita dalam ikatan yang halal
Bersabar lah wahai diri, jika sudah waktunya pasti dia akan menjadi milik mu sepenuhnya
Jika tidak, maka percayalah takdir terindah akan datang kepada mu

Bayu Pratama Al Yahya
━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Zea, cepetan siap-siap acaranya sebentar lagi mau dimulai loh"

"Iya mam, papi sudah pulang mam?"

"Sudah dari tadi waktu kamu tidur. Oh iya jangan lupa,  dandan yang cantik!" ucap Kirana pada putrinya.

"Enggak perlu dandan aku sudah cantik dari lahir mam" jawab Alifa sambil memilih gamis di dalam lemarinya.

"Iya deh iya, yang sudah cantik dari lahir" mami Kirana lalu tertawa.

"Kamu nyari apa? ini tho bajunya sudah mami siapin" Kirana menunjukkan baju yang sudah ia letakkan di gantungan. Alifa mengamati baju tersebut lalu tersenyum dan mengambilnya.

"Ini baru mam?"

"Iya, semoga kamu suka?

"Apapun pilihan mami, aku pasti suka, karena selera kita sama mam" jawab Alifa sambil merangkul mami Kirana.

"Ya udah kamu pakai jangan lupa dandan yang cantik, mami tunggu dibawah, kasihan yang lain sudah menunggu"

"iya mam"

Alifa mematut dirinya di cermin untuk memastikan penampilannya "cantik banget kamu Alifa" puji Alifa pada dirinya sendiri "ah tapi tatap cantikan Ning Balqis" Alifa mendadak sendu mengingat Ning Balgis yang akan diberi cincin oleh Gus Akram

"Semangat Alifa, kamu jangan sedih, ingat masih ada Dokter Chandra, sama-sama tampan seperti Gus Akram." Alifa berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Tok tok

"Non Zea, dipanggil mami Kirana, acaranya sudah mau dimulai non"

"Iya Bi sebentar lagi Zea turun"

"Ya sudah jangan lama-lama non"

"Iya Bi" teriak Alifa dari dalam kamar, tanpa membuka pintunya, dari suaranya saja Alifa sudah mengenali bahwa Bi Narti yang sudah memanggilnya. Yang merupakan kepala pelayan dirumah ini.

Tanpa merasa curiga sedikitpun Alifa keluar dari kamar, Alifa menuruni anak tangga satu persatu, sesampainya dibawah Alifa menatap satu persatu tamu yang hadir hingga netranya terpaku melihat keluarga kiyai Abdullah ikut berkumpul diantara para kerabat yang Alifa kenal.

Deg

"Sebenarnya ini acara apa? kenapa papi mengundang keluarga kiyai Abdullah?" batin Alifa mendadak cemas.

"Kemarilah nak!" Barata memanggil Alifa yang masih berdiri cukup jauh dengan langkah yang berat Alifa menghampiri Barata lalu memeluknya karena sedari tadi belum bertemu dengan papinya,

"Papi Zea kangen" ucap Alifa dengan manja

"Papi juga kangen" jawab Barata sambil mengusap-usap punggung putrinya "sudah dulu kangen-kangenanannya, lebih baik sekarang kamu sapa para tamunya?"

Alifa pun melepaskan diri dari pelukan papi Barata, lalu menyalami satu persatu tamu yang ada. Dalam hati Alifa masih bertanya-tanya, sebenarnya ada acara syukuran apa sehingga mengharuskan mengundang Kiyai Abdullah.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang