88. Hari Penuh Malu

9.1K 353 10
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Jika Allah mampu melukis langit menjadi indah, lalu menjadikan siang menjadi malam, dan terang menjadi gelap. Lalu mengapa kau masih ragu dan mengkhawatirkan masa depan mu? Bukankah Allah sudah mengatur nya dengan sebaik mungkin?

Bayu Pratama Al Yahya
------------

" Happy reading "
________________

"mau mas antar ke kelas?" setiap pagi Gus Akram selalu menawarkan diri untuk mengantar istrinya, meskipun sudah tahu jawaban istrinya yang sudah pasti akan menolak. Khawatir bikin baper para santri. Akan tetapi Gus Akram tidak bosan-bosannya untuk menawarkan diri mengantar istrinya ke kelas.

"Tidak udah mas. Alifa bukan anak TK yang harus diantar sampai depan kelas" Alifa menjawab dengan candaan. Gus Akram tertawa begitupun Umi Nurul dan Abah Abdullah karena mereka masih berkumpul di ruang makan baru saja menyelesaikan sarapan paginya.

"Denger tuh Le! Istrimu itu bukan anak TK lagi" Umi Nurul mendukung Menantunya. Gus Akram hanya tersenyum sambil menatap wajah istrinya yang tidak pernah membosankan.

"Kan biar Akram belajar Mik. Masak gitu aja enggak paham" ucap Abah Abdullah sambil menyeruput teh hangat.

Umi Nurul yang sedang menumpuk piring-piring kotor, menyempatkan diri untuk menatap suaminya.

"Belajar apa Bah?" tanya Umi Nurul

"Ya, belajar ngantar anak TK, jadi nanti kalau mereka sudah punya anak, biar enggak kaget lagi" jawab Abah Abdullah dengan santainya.

Alifa memejamkan matanya, lagi-lagi itu yang menjadi pembahasan Abah mertuanya, selain malu Alifa juga bingung harus bagaimana menyikapinya "sepertinya Abah pengin banget nimang cucu, setiap hari yang di bahas itu terus" batin Alifa sambil menatap Abah Abdullah sekilas.

"Wah, bener tuh Bah. Abah memang The Bhest" Gus Akram menimpali "bagaimana Dek? boleh mas antar sampai ke depan kelas?" tanya Gus Akram penuh dengan semangat sambil mengeluarkan senyum termanisnya yang mampu memporak-porandakan hati Alifa.

"Mas, bukannya aku menolak keinginan mas. Tapi kan mas tahu sendiri, bagaimana hebohnya para santri Wati kalau bertemu dengan mas Akram" jawab Alifa

"Adek cemburu?"

"Ih siapa juga yang cemburu"elak Alifa

"Itu buktinya, adek enggak rela melihat mas menjadi pusat perhatian para santri" sudah menjadi kebiasaan Gus Akram yang selalu menggoda istrinya.

"Ya enggak gitu juga konsepnya, Mas"

"Alah, tinggal ngaku aja apa susahnya sih, Dek"

"Mas aja yang kegenitan mau cari perhatian sama mereka? lya kan? ayo ngaku?" Alifa balik menyerang suaminya "mentang mentang punya banyak fans, jadi genit. Ngakunya mau ngantar istri, eh...... ternyata ada udang di balik bakwan" ucap Alifa membuat umi Nurul dan Abah Abdullah tertawa. Semenjak kehadiran Alifa di Ndalem, Rumah menjadi ramai dengan perdebatan sepasang suami istri. Umi Nurul dan Abah selalu merasa gemes melihat perdebatan keduanya yang seolah tiada habisnya.

"Eh, siapa juga yang genit. Enggak ada sejarah nya suami kamu yang super tampan ini Genit" Protes Gus Akram

"Iya tampan kalau dilihat dari puncak gunung Fuji" ucap Alifa, lagi-lagi membuat pasangan paruh baya mengulum senyum.

Cup

Gus Akram yang merasa gemes dengan Alifa yang nyerocos seperti petasan tahun baru terpaksa mengecup bibir istrinya dengan spontan. Tentu saja Alifa terkejut dan merasa malu sekaligus kesal pada suaminya, akhirnya Alifa berniat mencubit perut suaminya namun Gus Akram bisa menghindar. Alifa semakin gemes masih berusaha akan mencubit suaminya, hingga Alifa mengejar Gus Akram, dengan gerakan gesit Gus Akram membopong tubuh istrinya yang menurutnya sangat ringan.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang