35. Bidadari Yang Menjadi Nyata

11.9K 461 9
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

“Sesungguhnya semua umurmu adalah amanah bagimu. Maka janganlah kamu menghabiskan sedikit pun daripada umurmu itu kecuali untuk sesuatu yang diredhai oleh pemilik amanah (Allah  سبحانه وتعالى)”.

[ Syeikh Ali Mustafa At Thantawi ]
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Gus Akram terseyum menatap Alifa yang sudah tertidur pulas "Masyaallah cantiknya bidadariku" alisnya yang tipis membentuk bulan sabit bulu matanya yang lentik, pipinya yang mulus. hidung mancungnya serta bibirnya yang mungil membuat jantung Gus Berdegup dengan kencang, ketika mengingat first kiss tadi yang ia lakukan dengan sepontan. Bahkan Allifa terlihat sangat ketakutan, hingga menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Gus Akram memilih membaringkan diri di sofa yang berada di dalam kamar nya. Sebagai pria normal Gus Akram khawatir dirinya akan khilaf jika tidur satu ranjang dengan Alifa. Gus hanya ingin melakukan malam pertama ketika Alifa benar-benar siap, Gus Akram sendiri belum memikirkan sejauh itu. Baginya mengajak Alifa tidur di sini bukan untuk menuntaskan hasrat nya, melainkan untuk mendekatkan diri supaya lebih dekat dan bisa saling mengenal satu sama lain.

Alifa terpaksa membuka matanya karena merasa terganggu dengan pernapasan, Alifa seketika terduduk begitu melihat Gus Akram sedang memencet hidungnya untuk membangunkannya.

"Gus mau ngapain? awas jangan macam-macam!" panik Alifa setelah menjauh dari Gus Akram.

Gus Akram terseyum sambil menatap Alifa yang sedang cemberut terlihat sangat menggemaskan "aku hanya bangunin kamu, dari tadi dibangunin susah banget, kita sholat tahajud dulu, sana smbil air wudhu aku tunggu disini"

Tanpa mengatakan sepatah kata pun Alifa berjalan menuju ke kamar mandi lalu mengunci pintunya dari dalam, berada satu ruangan dengan Gus Akram membuat jantungnya tidak karuan "malu banget aku, bangun tidur dilihatin sama Gus Akram, jangan-jangan aku ileran lagi" gumam Alifa lalu menatap dirinya di cermin yang berada di dalam kamar mandi "Alhamdulillah aku enggak ileran" Alifa merasa lega, lalu segera menggosok gigi dan mencuci muka setelah itu segera mengambil air wudhu. Alifa keluar dari kamar mandi sudah ada sajadah yang terbentang dibelakang Gus Akram.

Alifa segera memakai mukena dan berdiri di belakang Gus Khafi.

"Sudah siap?" tanya Gus Akram sambil menoleh kebelakang

"Sudah Gus" jawab Alifa dengan menunduk. Gus Akram meletakan tasbih yang ia pegang lalu memimpin sholat malam. Suara merdu Gus Akram yang melantunkan surah-surah pendeng membuat Alifa bergetar, tak terasa air matanya menetes begitu saja. Untuk pertama kalinya nya Alifa sholat berdua dengan suaminya.

Setelah selesai sholat Gus Akram membalikan tubuhnya lalu menjulurkan telapak tangannya pada Alifa. Dengan sedikit ragu Alifa menerima uluran tangan Gus Akram dan menciumnya dengan takzim, ada gelenyar aneh didada keduanya, lalu Gus Akram mengecup kening Alifa sambil merapalkan Do'a untuk istrinya.

Alifa terharu air matanya pun menetes kembali "seperti inikah rasanya menjadi seorang istri" batin Alifa. Gus Akram mengusap air mata Alifa dengan ibu jari.

Sambil menunggu waktu subuh tiba, Gus Akram kembali mengambil air wudhu lalu membaca Al-Qur'an dengan suara yang sangat merdu. Entah mengapa Alifa merasa nyaman mendengar suara Gus Akram bahkan hatinya terasa bergetar.

"Kok berhenti Gus?" tanya Alifa ketika Gus Akram menghentikan tartilnya, Alifa masuh betah mendengar suara lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh suaminya,

"Sekarang gantian kamu, biar aku yang nyimak"

Deg

Alifa menatap Gus Akram "tapi-"

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang