71. Satu Porsi Sate

9.2K 322 5
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Memiliki mu adalah anugerah terindah untuk ku, karena menua bersama mu adalah kebahagiaan yang luar biasa untuk ku

Akram Nur Azmi
━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Saking gemesnya Gus Akram menggigit hidung Alifa hingga memerah "aw, sakit Gus" Alifa mengusap-usap hidungnya, Gus Akram pun mengecup hidung istrinya dengan penuh kelembutan.

"Itu sebagai hukuman, karena kamu terus membahas wanita lain, mau secantik apapun wanita diluar sana, bagiku kamu lah yang paling cantik, mas tidak pernah menyesal sedikitpun memiliki istri seperti kamu, yang menurut mas sangat sempurna. Jangan pernah membanding-bandingkan diri kamu sendiri dengan Ning Balqis, dan Ning Ning lainnya, karena tidak akan pernah sama, bagi mas, kamulah satu-satunya pilihan mas, bahkan kamu berhasil memenangkan hati mas dari ratusan bahkan ribuan para Ning Ning diluar sana" tegas Gus Akram pada istrinya.

Tentu saja wajah Alifa kembali cerah, hatinya berbunga-bunga begitu mendengar penjelasan dari suaminya, ternyata suaminya sama sekali tidak menyesali atas pilihannya Alifa merasa tersanjung

"Jadilah wanita yang bisa mendampingi mas sampai akhir hayat, jangan berfikir yang tidak tidakldan percayalah sampai kapanpun hanya kamu yang akan mengisi hati mas, bukan wanita lain"

Alifa terseyum lalu menganggukkan kepalanya "lanjut makan Gus nanti Gus Kelaparan" ucap Alifa hendak turun dari pangkuan suaminya, namun Gus Akram menahannya "tetap seperti ini dek" Alifa hanya bisa pasrah melihat suaminya berubah sangat manja seperti kucing anggora milik nya, yang dirawat oleh bibi Yanti.

Beberapa saat kemudian keduanya merasa lapar, namun nasi yang tadi belum sempat mereka makan, sudah terlanjur dingin, sehingga keduanya memutuskan untuk turun menuju ruang makan. Tapi sayangnya makanan sudah habis tak tersisa, karena Umi Nurul sudah memberikan semua makanannya pada mbok Khodim dan supaya di bagi-bagi dengan mbok-mbok yang lainnya. Setiap hari selepas makan malam umi Nurul memang terbiasa melakukan hal itu, supaya makanannya tidak mubazir.

Gus Akram terseyum setelah mengangkat tudung saji, dan ternyata tidak ada isinya, Alifa pun ikut tersenyum, demi menuntaskan masalah mereka berdua rela meninggalkan makan malam yang berujung kelaparan di tengah malam.

"Biar aku goreng telur Gus, atau mau aku buatkan mie rebus?" Alifa menawarkan diri untuk menjadi koki dadakan ditengah malam.

"Kita nyari makan diluar saja dek, biar kamu enggak capek" tolak Gus Akram yang tidak tega membiarkan istrinya kelelahan.

"Tapi ini sudah jam sebelas malam Gus"

"Enggak papa, dari pada kita kelaparan, diluar pasti masih ada yang jual makanan, anggap saja kita ikut ngelarisi dagangan mereka" Alifa pun mengangguk setuju lalu Gus Akram naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk mengambil dompet dan kunci mobil, tak lupa Gus Akram mengambilkan jaket untuk istrinya.

Umi Nurul dan Abah Abdullah sudah tidak terlihat lagi, kemungkinan sudah tidur, begitupun dengan mbok-mbok Khodim, karena dapurnya sudah terlihat sangat gelap. Gus Akram menghububungi penjaga gerbang supaya membuka gerbangnya, sang penjaga pun merasa heran mendengar kabar Gus nya akan keluar malam-malam seperti ini, namun tentu saja tidak berani bertanya secara langsung karena tugasnya hanya menjaga keamanan Ndalem bukan mencampuri urusan tuannya.

Gus Akram membukakan pintu mobil untuk istrinya, lalu mengintari mobil dan ikut masuk ke dalam duduk di kursi kemudi, Alifa sempat cemas begitu melintasi pos penjagaan, khawatir para penjaga akan melihat dirinya, namun setelah Gus Akram mengatakan bahka kaca mobilnya gelap dan tidak terlihat dari luar Alifa merasa lega.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang