56. Saling Melepaskan Rindu

9.3K 397 0
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

“Cantiknya wanita hanya akan menyatu dengan tanah, namun baiknya akhlak dan amal wanita, akan berakhir hingga di jannah.”

Al Habib Anis bin Alwi Al Habsyi
(Surakarta - Jawa Tengah)
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Tepat adzan maghrib berkumandang Alifa dan Tika baru selesai membersihkan hukuman, itupun dibantu dengan mbak Ndalem dan beberapa santri senior karena hari mulai menjelang sore khawatir ketika jamaah maghrib berlangsung Alifa dan Tika belum menyelesaikan hukumannya, sehingga santri senior berinisiatif untuk membantunya.

Alifa dan Tika tak henti-hentinya mengucap terima kasih pada santri senior dan mbak Ndalem yang sudah suka rela mau membantunya hingga selesai.

Saat ini Alifa dan Tika sedang membersihkan diri, beruntung kamar mandi tidak mengantri sehingga tidak membutuhkan waktu lama, mereka berdua sudah bersiap mengikuti sholat maghrib berjamaah di masjid.

Bisa kena hukuman lagi kalau tidak berjamaah, karena Ustazah Fatimah selalu mengawasi para santri-santri kebetulan malam ini malam Jum'at sehingga ba'da magrib mereka semua melakukan rutinitas dengan membaca surah Yasin dan tahlil bersama, santri putri dan santri putra berada di masjid yang sama namun ada pembatas ditengah-tengah sehingga antara putra dan putri tidak bisa saling bertemu.

Kebetulan Gus Akram yang memimpin membaca Yasin dan tahlil Alifa dapat melihat dengan jelas keberadaan Gus Akram yang duduk di depan menghadap ke arah para santri berdampingan dengan para ustad lainnya.

Alifa segera menundukan pandangan begitu Gus Akram hendak menatap kearahnya, meskipun sejujurnya Alifa ingin berlama-lama memandang wajah Gus yang ia rindukan, namun tetap bersikap sopan dan menundukkan pandangannya.

Begitupun dengan Gus Akram yang sangat betah menatap Alifa, bahkan santri yang berada di sekitar Alifa merasa ge-er, mereka mengira kalau Gus Akram sedang menatap mereka. Padahal tatapan Gus Akram hanya tertuju pada wanita impiannya.

"Pasti dia kelelahan, separoh waktu dia gunakan untuk membersihkan masjid sebesar ini" batin Gus Akram menatap iba pada sang istri "andai saja Ustazah Fatimah tahu kamu istriku, pasti dia tidak akan tega menghukum kamu seperti itu. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk mempublikasikan pernikahan ini" Gus Akram hanya mampu berbicara dalam hatinya.

Selepas jamaah sholat isya, Gus Akram datang menghampiri Tika dan Alifa yang masih mencari sandalnya. Gus Akram tidak peduli dengan tatapan para santri yang lain.

"Kalian berdua ikut saya ke Ndalem!" ucap Gus Khafi dengan tegas

"Baik Gus, sekarang?" Bukan Alifa yang menjawab melainkan Tika seorang.

"Iya sekarang sudah ditunggu Ning Aisyah" tegas Gus Akram

"Tapi apa boleh saya menaruh mukena dulu ke asrama Gus?" tanya Tika yang langsung mendapatkan semprotan dari Ustazah Fatimah.

"Tikaaaaa, kalau mendapatkan titah langsung laksanakan! Jangan membantah" suara Ustadzah Fatimah menggelegar membuat Alifa merinding dan memilih diam tanpa berani menatap Ustadzah Tersebut.

"Maaf Gus kalau mereka tidak sopan" ucap Ustazah Fatimah pada Gus Akram dengan suara yang dibuat selembut mungkin, namun Alifa merasa mual mendengar nya.

Namun Alifa merasa lega ketika Gus Akram tidak menanggapi ucapan Ustadzah Fatimah. Dari dulu Ustazah Fatimah selalu mengejar-ngejar Gus Akram tapi sayangnya Gus Akram tidak pernah meliriknya sama sekali, hanya berbicara seperlunya saja, itupun jika ada keperluan yang mendesak menyangkut seputar pesantren.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang