84. Terpisahnya Seorang Sahatbat

8.5K 313 9
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Yang terbaik bukan mereka yang tinggi ilmunya tapi mereka yang selalu berprasangka baik. Karena pasti akhlaknya juga baik.

- Habib Ali Zaenal Abidin Alkaff
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Viola dan teman-teman nya segera melaksanakan sholat taubat begitu kelas mereka sudah bubar, mereka sadar apa yang mereka lakukan terhadap Alifa memang salah Aslinya mereka santri yang baik bahkan berprestasi, namun karena kecemburuannya, membuat mereka gelap mata. Bahkan mereka selalu berdzikir dengan kalimat istighfar yang artinya memohon ampunan kepada Allah.

Dilain tempat sedari tadi Tika ngomel-ngomel karena Alifa mendadak akan meninggalkan kamar asrama, bagi Tika tidak ada yang bisa menggantikan Alifa sebagai teman yang menemani hari-hari nya. Meskipun setiap hari masih bertemu akan tetapi Tika merasa tidak rela harus tidur berjauhan dengan Alifa.

"Seharusnya kamu ninggalin kamar ini bareng sama aku Alifa, kan sebentar lagi kita lulus. Tapi kenapa kamu tega ninggalin aku kayak gini" ucap Tika entah sudah yang keberapa kalinya, bahkan Tika enggan membantu Alifa yang sedang berkemas. Tika masih tidak rela ditinggal oleh Alifa.

"Sudah berapa kali aku jelasin ke kamu Tik. Ini bukan kemauan aku tapi ini hukuman karena aku sudah menutupi kejahatan mereka. Mau tidak mau aku harus terima konsekuensinya" jawab Alifa sambil memasukan buku-buku ke dalam kardus.

"Kamu sih pakai nutupin kesalahan dia segala"

"Aku bukan nutupin Tik, tapi aku berdo'a semoga mereka bisa berubah seperti semula, aku tahu mereka santri yang baik dan teladan, hanya saja mereka sedang di landa kecemburuan, itu pun aku ikut andil di dalam nya. Coba kalau aku enggak nikah sama Gus Idola mereka, pasti mereka tidak akan berbuat seperti itu sama aku. Mereka hanya melakukan protes sama aku karena aku yang dipilih Gus untuk menjadi istri beliau"

"Iya juga, Fa. Mereka anak berprestasi juga, aku pun sempat heran kenapa tiba-tiba tega berbuat itu sama kamu. Aku jadi kasihan sama kamu, Fa. Jadi istri Gus Akram malah mendapatkan banyak ujian"

"Tapi aku ikhlas ngejalanin ujian itu Tik. Aku yakin ada hikmah dibalik semua ini"

"Itulah, kenapa kamu yang menjadi istri Gus Akram, karena kamu memang benar-benar pantas dalam segi apapun, mendapingi beliau" puji Tika akhirnya ikut membantu sahabatnya berkemas-kemas.

"Kira-kira siapa ya, yang mau kerudung ini?" tanya Alifa sambil menatap tumpukan kerudung segi empat yang jumlahnya lebih dari dua puluh.

"Lho, memangnya enggak mau kamu bawa?"

"Enggak Tik, Disana lemarinya sudah hampir penuh, karena Gus Akram sudah membelikan banyak gamis beserta kerudungnya, jauh sebelum aku benar-benar menerima beliau. Bahkan yang belum pernah aku pakai masih banyak"

"Ah, so sweet, beliau benar-benar minat banget ya, sampai-sampai disediain baju sebanyak itu" jawab Tika terbawa suasananya.

"Palingan, Om Yahya juga gitu Tik. Setau aku Om Yahya orangnya sangat baik, apalagi kalau sama istrinya pasti baik nya bakal bertambah berkali lipat"

"Ih, kamu kok jadi bahas itu sih, kan aku jadi kangen" jujur Tika sambil membayangkan wajah Om Yahya yang begitu tampan menurut Tika.

"Echie-chie yang sudah kangen-kangenan, makanya buruan nikah, biar bisa ketemu setiap hari"

"Kamu mah, yang dibahas nikah mulu, aku masih sabar kok. Kan tinggal dua puluh hari lagi kita ujian"

"Wih, apal banget, tinggal dua puluh hari lagi, padahal aku aja enggak ngitungin lho" goda Alifa

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang