58. Surat Rahasia Yang Salah Sangka

8.5K 321 2
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Layaknya sebuah pelangi, kehadiran mu membawakan keindahan setelah pergi nya badai yang menghancurkan

Bayu Pratama Al Yahya
━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Kamu sengaja nyamperin Gus mu yang tampan ini keruangan? atau jangan jangan ketagihan sama yang kemaren ya? iya kan?"

Alifa membulatkan matanya "ih jangan asal ngomong ya Gus" protes Alifa sambil merapikan buku-buku yang sempat dia lemparkan tadi.

Gus Akram terseyum rasanya bahagia sekali tiba-tiba dihampiri istrinya keruangan, ya meskipun awalnya karena kecemburuan namun Gus Akram tetap merasa senang seperti baru saja mendapatkan durian runtuh.

"Owh iya, katanya mau ngumpulin tugas, mana tugasnya?" Canda Gus Akram sambil melipatkan kedua tangannya didepan dada, menatap Alifa

"Tugas apaan sih Gus, ish dasar gak peka" jawab Alifa sambil berjalan menuju pintu hendak meninggalkan ruangan Gus Akram namun pergelangan tangannya ditahan oleh Gus Khafi.

"Mau kemana dek?"

"Ke kajian Gus"

"Tidak semudah itu bisa keluar dari sini"

"Maksud Gus apa?"

Gus Akram mengangkat jari telunjuknya ke arah pipi, sambil tersenyum menatap istrinya.

"Jangan macam-macam Gus!"

"Kok macam-macam sih, suami cuman minta di Sun aja, pahala nya besar lho" Gus Akram ingin menjahili istrinya

"Tapi Gus" Alifa tidak bisa membayangkan jika dirinya yang harus mengecup pipi suaminya terlebih dahulu, tentu saja Alifa gengsi dan malu.

"Istri Sholehah itu, istri yang patuh pada suaminya, kamu tahu kan? Bukannya kamu sudah banyak belajar tentang kisah-kisah istri sahabat Rosul?"

Alifa tertunduk, memang benar apa yang dikatakan oleh suaminya, tapi Alifa masih berat untuk melakukan hal yang satu itu.

"Jangan sekarang ya Gus, ini di kantor lho" Alifa berusaha membujuk Gus Akram supaya mengurungkan niatnya.

"Owh jadi istri kecil ku ini mau nya dimana? kamar? Hotel? atau ditempat-tempat indah lainnya?" Gus Akram menanggapi dengan candaan.

Namun Alifa yang terlalu polos, mengira bahwa suaminya berkata serius "yang penting jangan sekarang dan jangan dikantor juga, Aku harus segera ke kajian takut terlambat"  jawab Alifa sambil menundukan pandangan bahkan jantungnya sudah tidak baik-baik saja.

Gus Akram terseyum lalu menarik pergelangan tangan Alifa hingga tubuhnya jatuh kepelukan Gus Akram. Ada gelenyar aneh yang menjalar ke seluruh tubuh keduanya. Gus Akram menunduk lalu mengecup kening Alifa dengan lembut "pergilah ke kajian, nanti terlambat jangan sampai istriku yang cantik ini dihukum lagi" perintah Gus Akram sambil mengusap pipi mulus Alifa.

Jangan ditanya bagaimana rasanya Alifa, yang jelas hatinya berbunga-bunga hingga pipinya merona. Alifa meraih telapak tangan Gus Akram lalu menciumnya dengan takzim "assalamu'alaikum Mas"

"Wa'alaikumsalam Dek, belajar yang pintar!" jawab Gus Akram sambil menatap istrinya yang menghilang di balik pintu.

Sesampainya di aula santri putri Alifa benar-benar sudah terlambat, kajian sudah dimulai, namun karena semua sedang fokus mendengarkan ceramah dari salah satu ustazah yang berasal dari pondok lain, membuat mereka tidak menyadari keterlambatan Alifa.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang