34. Tidur Satu Kamar

10.9K 442 3
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

" Happy reading "
________________

Sepanjang perjalanan keduanya hanya saling diam, sesekali Gus Akram menoleh kearah Alifa yang fokus menatap keluar jendela.

"Kita sudah sampai" Gus Akram menghentikan mobilnya tepat disebuah Cafe mewah yang berada di kota tersebut. Gus Akram turun lebih dulu kemudian membukkan pintu untuk Alifa, sesaat tatapan mereka saling bertemu, Alifa segera membuang pandangannya menatap kesegala arah sambil menahan degub jantungnya yang berdebar-debar dengan kencang,

Setelah Menutup pintu mobil Gus Akram meraih telapak tangan istrinya untuk digenggam, namun karena Alifa belum terbiasa reflek berjengit sambil menepis tangan Gus Akram.

"Maaf" ucap Alifa sambil menunduk Alifa baru saja merasakan ada gelenyar aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya seperti terkena sengatan listrik ketika Gus Akram menyentuhnya.

"Kita sudah halal ya Zaujati" bisik Gus Akram sambil mengulas senyum. Alifa hanya bisa pasrah ketika Gus Akram kembali menggandeng tangannya sambil berjalan memasuki Cafe tersebut. Gus Akram menuju lantai tiga, karena meja yang Gus Akram pesan berada di lantai tiga, dengan pemandangan yang cukup indah. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menggunakan fasilitas tersebut di Cafe ini.

Di lantai tiga jarak meja yang satu dengan yang lain cukup jauh terhalang taman bunga mini sehingga obrolan mereka tidak akan didengar oleh pengunjung lain. Berbeda dengan lantai satu yang seperti cafe pada umumnya.

Alifa cukup takjub melihat suasana yang berada di Lantai tiga, Pandangannya mengitari sekitar hingga terlihat pemandangan lampu-lapu beraneka warna dari arah gedung-gedung pencakar langit dan dibawah terlihat kendaraan berlalu lelang cukup padat.

Gus Akram menarik kursi lalu mengarahkan Alifa untuk duduk, Gus Akram duduk berhadapan dengan Alifa hanya terhalang meja.

Disekitar meja ada lilin yang berjejer Beberapa saat kemudian sang Waitres datang menyuguhkan berbagai menu hingga memenuhi meja tersebut. Gus Akram sengaja memesan makanan bermacam-macam-supaya Alifa bisa memilih sesuai selera.

"Ayo kita makan" setelah mengajak Alifa makan Gus Akram memimpin Do'a sebelum makan. Keduanya makan dalam keadaan hening hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sedari tadi Gus Akram menatap Alifa sambil mengunyah makanannya, namun yang ditatap tetap menundukan wajahnya sambil menikmati makanan.

"Alhamdulillah ya Allah Engaku telah menyatukan kami dalam ikatan halal dengan gadis yang selalu engakau hadirkan didalam mimpiku setiap malam-malam ku, semoga dia bisa mendampingi ku untuk melangkah menuju ibadah halal terpanjang dalam hidupku" Batin Gus Akram

"Mau nambah? atau barang kali ada yang mau kamu pesan selain menu yang ada di meja ini?" Tawar Gus Akram

"Tidak ada Gus, saya sudah kenyang" jawab Alifa dengan suara yang cukup lembut.

Gus Akram menyodorkan kotak beludru berwarna merah pada Alifa "Ambilah!"

Dengan ragu Alifa menatap Gus Akram sebelum mengambil kotak tersebut yang masih berada di telapak tangan Gus Akram "apa ini Gus?"

"Buka saja!"

Alifa terdiam sambil menatap isi kotak tersebut yang ternyata sebuah kalung berlian. Dengan liontin inisial A dan A yang menyatu.

"Pakailah! semoga kamu suka"

"Terimakasih" jawab Alifa dengan singkat.

"Boleh saya bertanya?"

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang