46. Kehangatan Keluarga Alifa

9.4K 380 1
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Jangan bersedih sebab engkau diuji
Jangan berduka sebab ada lara
Jangan menangis sebab hatimu teriris
Karena hidup tempat kita diuji bukan tempat kita mencari kesenangan yang tidak abadi

~Ustadzah Fatimah Iksir Al Hamid
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Ayolah Gus keluar dulu!"

"Enggak mau, cepetan keluar aku juga mau mandi! waktu asar nya keburu habis"

"Makanya Gus keluar dulu dari kamar, biar aku bisa keluar dari kamar mandi" Alifa tetap kekeh pada pendirinnya, karena selama ini belum pernah sama sekali membuka hijab didepan Gus Akram. Bahkan ketika tidur pun Alifa tetap memakai jilbab nya.

"Iya sudah aku keluar dulu" jawab Gus Akram pada akhirnya, sambil tersenyum simpul.

Alifa merasa lega, setelah merasa aman, Alifa membuka pintu kamar mandi, dia menyembulkan kepalanya terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya.

"Alhamdulillah akhirnya bisa keluar juga" ucap Alifa sambil berjalan menuju walk in closet. Begitu mau membuka lemari baju Alifa tersentak dan reflek menjerit melihat Gus Akram sedang berdiri sambil tersenyum menatap pada nya.

"G-Gus, kenapa masih disini?" Alifa tergagap merasa malu bukan main karena penampilannya saat ini sedang tidak baik-baik saja."Kenapa harus keluar, kita sudah halal jangankan hanya melihat, menikmati keindahan tubuhnya kamu pun tidak masalah" jawab Gus Akram sambil menyeringai

"Jangan macam-macam Gus!" ucap Alifa merasa ketakutan, Alifa memundurkan langkahnya, namun Gus Akram memajukan langkahnya, hingga tubuh Alifa mentok kedinding, dan jarak Gus Akram semakin dekat. Alifa memejamkan matanya begitu Gus Akram semakin mengikis jarak diantara mereka.

"Jangan bilang kalau kamu pengin dicium, aku cuman mau ambil handuk" bisik Gus Akram di ditelinga Alifa. Lalu meraih handuk yang berada di samping Alifa dan segera melebarkan langkahnya masuk kedalam kamar mandi sambil tertawa puas.

Sementara Alifa membulatkan matanya lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Alifa benar-benar sangat malu, rasanya ingin menghilang detik ini juga.

"Memalukan sekali Alifa, kenapa otakmu jadi ngeres begini" gumam Alifa sambil menepuk keningnya sendiri.

"Aku harus cepetan ganti baju, jangan sampai Gus keluar aku masih berpenampilan seperti ini, bisa-bisa dikira ngarepin sesuatu, ih ogah banget"

Alifa mempercepat gerakannya, tangannya meraih sebuah dresmidi berwarna hijau toska tanpa lengan, dipadukan dengan kardikan rajut warna hitam. Lalu meraih hijab Instannya.

Alifa melihat penampilannya dari pantulan cermin, memastikan tidak ada noda yang menempel di wajahnya, setelah itu Alifa segera keluar dari kamarnya dan memilih sholat asar di mushola rumahnya yang berada di lantai dasar.

"Lho suami mu mana?" Tanya mami Kirana kebetulan berpapasan dengan Alifa

"Lagi mandi mi"

"Kenapa tidak di tungguin?"

"Zea mau sholat mi"

"Kenapa tidak berjama'ah sama suami kamu?"

"Mi, Zea mau sholat bukan mau daftar kerja, enggak usah pakai diwawancarai segala, bay mam" pamit Alifa sambil melambaikan tangannya dan segera menuju mushola keluarga sebelum maminya mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang panjangnya mirip kereta ekspres jurusan Jakarta Surabaya.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang