24. Novel Pemberian Ning Balqis

8.8K 370 4
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Jangan pernah mencari kesempurnaan dalam diri siapapun, karna kamu tidak akan pernah menemukan nya sama sekali, tapi belajarlah mencintai kekurangan nya, sebab kau akan menemukan disetiap sudutnya. Ingat mencintai bukan tentang siapa yang paling sempurna, tapi mencintai tentang siapa yang bisa melengkapi kekurangan yang ada

Bayu Pratama Al Yahya
━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Abah sama Umi sengaja siang ini mengajak Alifa makan bersama di Ndalem, mereka makan bersama berempat bersama Gus Akram juga. Sementara Ning Aisyah sudah kembali kepondok tempatnya menimba ilmu.

"Makan yang banyak biar cepet gede" sindir Gus Akram pada Alifa yang hanya menyentong nasi sedikit.

"Diet ya Fa?" Tanya Umi Nurul sambil menatap nasi yang berada di piring Alifa.

"Mboten Umi, segini sudah cukup, kalau kebanyakan suka ngantuk" jawab Alifa dengan jujur. Alifa bukan tipe orang yang suka makan banyak melainkan sedikit nasi dan melebihkan sayuran.

"Bagaimana kalau aku halalin Alifa sekarang juga, biar bisa aku ajak ke Kairo"

Uhuk uhuk uhuk

Alifa mendadak tersedak setelah mendengar ucapan Gus Akram.

"Minum dulu Fa, pelan-pelan makannya" dengan sigap Umi Nurul memberikan air putih pada Alifa

"Kamu ini Le, kalau ngomong mbok Yo dipikir dulu, mau nikah kok dadakan ini waktunya tinggal beberapa menit saja kamu disini. Terus gimana ngurus surat-surat nya, lagian Alifa juga masih sekolah, belum cukup umur juga" omel Umi Nurul pada putranya.

Gus Akram hanya tersenyum mendapat wejangan dari Umi Nurul. Sementara Alifa merasa sedikit kesal pada Gus sejuta umat.

"Ingat Le disana harus bisa jaga hati, jaga pandangan jangan mudah bergaul sama lawan jenis"

"Iya Umi, mana mungkin aku bergaul sama lawan jenis, la wong disana satu fakultas khusus pria semua Umi"

"Bagus itu jadi kamu bisa fokus sama kuliah kamu dan cepat kembali kesini lagi"

"Mohon do'anya Umi"

Makan siang pun selesai Alifa membantu merapikan meja makan lalu mengangkat piring kotor ditaruh di wastafel.

"Biar saya saja nduk yang nyuci piringnya" ucap salah satu Khodim langsung merebut piring yang masih berada ditangan Alifa.

"Terimakasih banyak Umi buat makan siangnya, saya pamit mau kembali ke asrama sebentar lagi ada kelas kitab" pamit Alifa dengan sopan

"Lho memangnya enggak mau ngantar Gus'e ke bandara?"

"Mboten Umi" jawab Alifa membuat Gus Khati secikit kecewa dengan penolakan Alifa.

****

Sepanjang perjalanan Gus Akram terbayang-bayang wajah cantik Alifa, berulang kali pula Gus Akram merapalkan istighfar. Tidak seharusnya dirinya membayangkan wanita yang belum halal baginya, tapi apa mau dikata wajah cantik Alifa selalu menari-nari didepan matanya.

Bukan hal mudah bagi seorang Gus Akram, setiap malam selalu dihadiri wajah Alifa di dalam mimpinya, hingga dia berhasil menemukan wanita tersebut, untuk tidak membayangkan rasanya sulit bukan main.

Alifa sendiri merasa murung, entah apa yang dipikirkan gadis berusia enam belas tahun itu "sepertinya aku tadi sangat keterlaluan sama Gus Akram. dia kan seorang Gus sekaligus calon penerus pondok Ini, kenapa aku se bar-bar itu ya?sangat tidak sopan seorang santri melawan ucapan seorang Gus" sesal Alifa begitu sudah sampal diasrama putri "tapi aku sendiri juga heran setiap kali bertemu dengan Gus Akram hawanya pengin emosi terus. Apa karena beliau suka ngasih hukuman yang berat-berat" batin Alita

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang