52. Malu Sampai Ke Ubun-ubun

9.5K 396 7
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Hidup itu laksana pasar besar, tempat berjalan-jalan dan mengambil apapun yg diinginkan. Tetapi ingatlah perhitungan menantimu, dan engkau akan bayar semua yg diambil itu.

Tulisan seseorang
━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Kamu lagi ngapain berdiri disitu Zea?" Kebetulan Barata dari arah ruang kerjanya yang berada di lantai atas.

"Eh papi, ini pih mau ambil minum, haus" jawab Alifa tergagap karena merasa terkejut dengan papinya yang sudah berada di depan nya. Alifa menjawab dengan asal.

"Papi mau kemana?"

"Habis ngambil berkas di ruang kerja, yakin kamu cuman haus? kok pakai merem-merem segala?"

"Ih apaan sih Pi, aku cuman haus kok" jawab Alifa lalu bergegas menuju lantai bawah dan meninggalkan Barata yang masih terbengong.

"Katanya haus, kok malah duduk disini? bukannya ambil air minum" lagi-lagi Barata mengejutkan Alifa yang sedang memikirkan ucapan suaminya.

"Lagi mikirin apa sih putri papi yang cantik ini hm?" Barata ikut duduk di samping putrinya.

Alifa melirik ayahnya sejenak "enggak mungkin aku ceritain ke papi" batin Alifa.

"Enggak mikirin apa-apa PI"

"Yakin? kok sering bengong sih? kamu enggak lagi menghindari suami kamu kan?"

"Eng-enggak pih, mana mungkin aku menghindarinya" Alifa mengelak sambil tergagap.

"Kalau enggak menghindari suami kamu, lalu kenapa kamu malah duduk disini? bukan nemanin suami kamu di dalam kamar?"

Deg

Alifa gelagapan bingung harus menjawab apa, hening sejenak, Alifa memikirkan jawaban yang tepat untuk papinya supaya tidak berfikir yang macam-macam.

"Ini aku juga mau ke kamar, gara-gara papi ngajak ngobrol jadi kelamaan duduk di sini" elak Alifa lalu meninggalkan papi Barata lalu menaiki anak tangga.

"Enggak jadi minum Zea? Katanya haus?" sindir Barata sambil mengulum senyum.

Alifa yang mendengar ucapan papinya seketika menghentikan langkahnya yang sudah berada di pertengahan tangga.

"Eh iya, untung papi ngingetin" jawab Alifa sambil menahan rasa malu. Lalu menuruni anak tangga dan menunju ke arah dapur untuk mengambil air minum.

Meskipun tidak merasa haus, Alifa tetap mengambil air mineral yang berada di lemari pendingin, lalu meminumnya.

"Kamu enggak bakat akting Zea"

"Uhuk uhuk uhuk" Alifa tersedak, botol yang ia pegang hampir saja terlepas dari genggamannya karena terkejut mendengar suara papi Barata yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.

"Pelan-pelan minumnya enggak ada yang mau merebut" canda papi Barata membuat Alifa menoleh kearah papinya.

"Papi hobi banget sih ngagetin aku, lagian ngapain juga papi ngintilin aku terus?"

"Siapa yang ngintilin, papi kesini mau bikin kopi" elak Barata

"Sejak kapan papi bikin kopi sendiri? biasanya mami yang buatin atau kalau enggak Mbok Yanti yang bikinin" skak Zea membuat Barata terdiam karena ucapan putrinya benar adanya.

"He he he sejak kapan ya? papi juga lupa" jawab Barata sambil mengusap-usap tengkuk lehernya yang tidak gatal sama sekali.

"Ih papi aneh banget, awas kalau ngintilin Zea lagi" ancam Alifa lalu meninggalkan papinya yang hanya bisa tertawa, alias menertawakan dirinya sendiri.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang