68. Berduet Dengan Mas Gus

8.6K 360 30
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

"Mencari pujian atau pengakuan dari manusia itu adalah kemustahilan, cukup Allah yang menjadi jurimu, karena sungguh hanya Dia (Allah) yang tak pernah mengeritik perbuatanmu tetapi justru malah memberi ganjaran dari setiap usaha dan perbuatanmu."

~Ustadzah Aisyah Farid BSA
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Pagi hari suasana Pondok pesantren AN-NUR sudah mulai ramai, para tamu sudah berdatangan dari berbagai kota dan daerah setempat, satu persatu tamu memasuki gerbang pesantren AN-NUR. Para kang-kang santri, alias santri alumni yang masih ingin mengabdi di pesantren tersebut berjejer dengan rapi menyambut para tamu yang hadir ke pesantren tersebut. Bahkan banyak para pejabat setempat yang diundang karena Kiyai Abdullah memiliki banyak kenalan dari kalangan para pejabat.

Begitupun dengan Mbak-mbak santri alumni sudah berjejer menyambut tamu para wanita yang hadir di pesantren tersebut. Mami Kirana terseyum dan menyapa ramah pada Mbak mbak santri. Tak berbeda dengan Barata dan Yahya juga bersikap ramah pada kang-kang santri yang menyambutnya.

Bahkan sedari tadi senyum Yahya mengembang begitu memasuki gerbang pesantren, wajah Tika sudah menari-nari di pelupuk matanya.

Gus Akram yang sedang sibuk, begitu melihat Barata, Yahya dan Kiranya dengan sigap menghapiri mereka dan menyalaminya dengan takzim.

"Assalamu'alaikum. papi, mami, Yahya"

"Wa'alaikumsalam, apa kabar Gas?"

"Alhamdulillah sehat pih, silahkan masuk dulu ke Ndalem, Abah masih ada di dalam"

"Terimakasih Gus" mereka bertiga masuk terlebih dahulu ke kediaman besannya sekalian untuk menyerahkan buah tangan yang dibawanya.

"Masyaallah, terimakasih, pakai repot-repot segala" jawab Umi Nurul sambil memeluk Kirana.

"Tidak repot sama sekali Umi" keduanya pun mengobrol sejenak sebelum acara dimulai, bahkan Umi sempat menceritakan Gus Akram dan Alifa yang semakin membaik. Bahkan keduanya tertawa ketika membahas cucu, karena keduanya sama-sama mengharapkan cucu pertama mereka.

"Semoga saja mereka cepat memberikan kita cucu" ucap mami Kirana sambil tertawa.

"Aamiin, semoga saja, kita hanya bisa mendoakan mereka"

Di tempat lain grup Hadroh sudah bersiap, para santri putra memakai sarung berwarna maron dipadukan dengan baju Koko berwarna putih, begitupun dengan para santri putri yang menjadi baking vocal, mereka menggunakan gamis maroon dan hijab berwarna putih.

Namun Alifa yang menjadi vocal utama memakai gamis dengan warna yang berbeda, Gamis yang digunakan Alifa berwarna hitam dipadukan dengan hijab segi empat yang sudah dibentuk sedemikian rupa membalut kepala Alifa, menambah kecantikan nya semakin terpancar.

Namun mereka masih berkumpul diruang yang dikhususkan untuk para santri yang akan tampil. Bukan hanya Hadroh tapi masih banyak santri yang akan unjuk kebolehan diacara tersebut.

"Masyaallah Alifa kamu cantik sekali" puji Tika begitu melihat sahabatnya baru selesai dirias.

"Iya Alifa cantik sekali, mirip artis" pujian pujian datang datu teman-teman Alifa, namun tidak menjadikan Alifa sombong ataupun membanggakan dirinya sendiri.

"Kalian juga sangat cantik" jawab Alifa sambil menatap teman-teman satu persatu.

Terdengar suara nyaring dari pengeras suara yang mengatakan bahwa acara akan segera di mulai. Semua para tamu sudah duduk di kursi masing-masing yang menghadap langsung ke panggung. Khusus kursi baris paling depan dan kedua untuk para tamu VIP yang meliputi para ulama, para kiyai, para gus dan Ning yang datang dari berbagai kota dan daerah mereka masing-masing.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang