36. Pertemuan Alifa Dengan Fardan Dan Rizky Di Ndalem

11.3K 399 2
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

"Jika sampai saat ini murojaah masih menjadi beban, tidak apa nak. Paksa terus untuk murojaah, sampai terbiasa. Maka akan tumbuh cinta seperti pepatah Jawa, tresno jalaran Soko kulino."

Ibu NY Hj.Hannah Zamzami, Lirboyo
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Kenapa menangis hm? apa kamu menyesal menikah dengan saya?" tanya Gus Akram dengan suara yang cukup lembut. Gus Akram mengusap air mata Alifa

"Aku hanya terharu mendengar kisah Gus. Pasti tidak mudah bagi Gus melewati ini semua. Dan ternyata Allah sudah menakdirkan kita untuk bersama" setelah mengatakan itu Alifa kembali terisak.

Gus Akram hendak memeluknya akan tetapi la urungkan karena terdengar suara pintu diketuk, dan ternyata Mbak Ndalem yang datang

CEKLEK

"Maaf Gus, Sudah ditunggu Umi sama Abah diruang makan"

Gus Akram menoleh kearah jam dinding ternyata sudah menunjukan pukul tujuh pagi, waktunya sarapan bersama.

"Baik mba" Gus Akram menghampiri istrinya yang masih tetap berdiri seperti tadi.

"Umi sama Abah sudah nunggu kita diruang makan, kita sarapan dulu" ucap Gus Akram sejujurnya masih betah ingin berlama-lama didalam kamar bersama Alifa, namun Gus Akram tidak akan melewatkan sarapan paginya bersama kedua orang tuanya.

"Aku cuci muka dulu Gus" pamit Alifa, Gus Akram tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Sudah siap?" tanya Gus Akram begitu melihat Alifa sudah keluar dari kamar mandi.

Alifa terseyum "sampun Gus" Melihat senyum Alifa jantung Gus Akram kembali berdetak dengan kencang, senyum yang begitu manis cukup mengusik ketenangan hatinya. ingin rasanya Gus Akram mengurung istrinya dikamar hingga tidak ada satu orang pun yang mengganggunya.

"Silahkan Gus duluan" ucap Alifa sambil menjulurkan telapak tangan. Akan tetapi Gus Akram justru meraih telapak tangan istrinya untuk digenggam keduanya keluar dari kamar. Begitu hendak menuruni tangga, Alita melepas genggaman tangannya "maaf Gus, malu ada umi sama Abi" ucap Alifa sambil menunduk Gus Akram tersenyum lalu membiarkan Alifa jalan duluan menuruni anak tangga.

"Assalamu'alaikum, Umi, Abah, maaf Alifa telat tidak bantuin Umi menyiapkan sarapan pagi" Alifa merasa sungkan melihat meja makan yang sudah penuh dengan beraneka menu.

"Wa'alaikumsalam, bukan Umi yang menyiapkan ini semua Lif, tapi mbak Ndalem. Enggak usah sungkan gitu, santai aja, anggap saja rumah sendiri, kamu itu menantu yang sudah Umi anggep anak sendiri, bukan pembantu, jadi kamu tidak perlu repot-repot menyiapkan sarapan" jawab Umi Nurul dengan diiringi senyuman.

"Benar Lif kata Umi, temani saja suamimu, pasti kalian butuh banyak waktu untuk saling mengenal" Abah Abdullah mendukung istrinya.

Gus Akram menarik kursi yang berada di sebelah kanan "duduk Nduk!" ucapnya pada Alifa, setelah Alifa duduk, Gus Akram menarik kursi yang berada di samping Alifa.

Dengan cekatan Alifa meraih piring milik Gus Akram dan mengambilkan nasi kepiringnya, seperti apa yang Alifa lihat ketika mami Kirana melakukannya untuk ayah Barata.

"Mau pakai apa Gus?" tanya Alifa sambil menatap berbagai menu"

"Sama rawon saja Nduk" Alifa pun mengambilkan menu sesuai dengan permintaan suaminya.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang