80. Upss

9.7K 353 46
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮, 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐚𝐤𝐮 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐚𝐩𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐤𝐮.

𝐒𝐚𝐤𝐢𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚, 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐨'𝐚 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐚𝐥𝐮.

Akram Nur Azmi
━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Maaf, Fa, aku mau keruangan Tante Kirana" pamit Tika, sengaja memberi kesempatan pada sepasang suami, supaya lebih leluasa "Nitip teman saya Gus jangan dibikin kesel terus, saya takut dia berubah jadi singa betina yang kelaparan"

Setelah mengatakan itu Tika meninggalkan ruang tersebut sebelum mendapatkan amukan dari sahabatnya.

"Awas kmu Tik, gak setia kawan malah ninggalin aku" batin Alifa, lalu berniat akan menyusul Tika, akan tetapi langkahnya terhenti karena Gus Akram menahan pergelangan tangannya "mau kemana?" tanya Gus Akram

Alifa tidak menjawab melainkan memilih duduk di tepi ranjang, sambil melirik Gus Akram, dengan perasaan yang masih kesal "untung Ganteng, tapi sayang suka ngeselin" batin Alifa.

"Enggak usah lirik-lirik!"

"Enak, aja siapa yang lirik-lirik" elak Alifa. Gus Akram hanya mengulum senyum, lalu ikut duduk di samping istrinya.

Namun Alifa segera berdiri "enggak usah dekat-dekat! Saya masih marah sama Gus"

"Mau sampai kapan, marah seperti ini?" tanya Gus Akram dengan penuh kesabaran.

"Sampai Gus mau mengembalikan kertas itu, masak tega sih, saya harus mengulang lagi dari awal"

"Kan sudah tahu syaratnya atau mau pilih syarat yang kedua?" ucap Gus Akram sambil menaik turunkan alisnya menggoda istrinya.

"Eits, jangan macam-macam, Gus!" ucap Alifa sambil memundurkan  langkahnya.

Namun Gus Akram mengabaikan ucapan istrinya, lalu melangkah maju menghapiri Alifa.

"Stop" ucap Alifa sambil menaikan telapak tangannya kearah depan, berharap Gus Akram tidak melanjutkan langkahnya.

"Stop, Gus. Jangan macam-macam!" ulang Alifa sambil menahan debaran jantungnya yang semakin menggila.

"Mas cuman mau bantu kamu supaya kertas-kertas itu kembali" jawab Gus Akram dengan santainya dan terus melangkah maju hingga Alifa pun ikut mundur dan mentok ke dinding.

"Dengan cara apa?" ketus Alifa

"Bikin cucu, mungkin" Alifa mendadak panik, bahkan debaran jantung nya sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

"Oke, saya mau jujur Gus" teriak Alifa saking paniknya, terpaksa memilih opsi pertama.

Gus Akram pun tersenyum lalu menghentikan langkahnya "mas beri waktu dua puluh detik" tegas Gus Akram sambil menatap jam dipergelangan tangannya.

"Du-dua puluh detik?"

"Mulai dari sekarang" tentu saja Alifa tidak sempat berfikir dan segera mengatakan yang sejujurnya.

"Apa alasan kamu rela dihukum menulis segitu banyaknya?" tanya Gus Akram setelah Alifa menceritakan semuanya.

"Saya hanya ingin mendapatkan keberkahan dari ilmu yang saya peroleh, makanya saya lebih memilih patuh, bukankah itu yang diajarkan para asatid pada santri-santri" ucap Alifa

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang