72. Saling Merindukan

8.5K 340 24
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

𝐓𝐞𝐫𝐤𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐜𝐞𝐩𝐚𝐭. 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧, 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐥𝐚𝐦𝐚.

Bayu Pratama Al Yahya
━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Sesampainya di Ndalem, ustadzah Fatimah mengucapkan salam, setelah dipersilahkan masuk, keduanya pun masuk ke Ndalem, sudah ada beberapa Ustadz dan kiyai Abdullah yang sedang duduk di ruang tamu. Alifa menghampiri Abah Abdullah lalu mencium punggung tangan nya dengan takzim, Ustazah Fatimah terpelongo melihat hal itu, belum hilang rasa keterkejutannya Alifa menghapiri Gus Akram yang sedang berdiri menaruh salah satu kitab di rak buku yang ada diruang tersebut. Alifa pun meraih tangan suaminya lalu mencium punggung tangan nya dengan takzim, Gus Akram pun menepuk bahu Alifa, mereka berdua sudah terbiasa melakukan hal itu, sehingga mereka lupa, kalau diruang tersebut bukan hanya ada mereka berdua, melainkan ada beberapa orang lain.

"Gus, mau ijin ke toilet dulu" ucap Alifa tanpa menunggu jawaban dari Gus Akram, Alifa nyelonong masuk begitu saja, membuat beberapa ustadz dan ustadzah menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Alifa yang merupakan seorang santri. sebagai Ustazah saja mereka tidak berani melakukan hal itu.

"Maaf Kiyai, maaf Gus, atas kelakuan Alifa yang tidak sopan" ucap Ustazah Fatimah merasa gagal mendidik santrinya.

Gus Akram pun baru menyadari bahwa seharusnya Alifa dan dirinya tidak melakukan hal itu di depan mereka semua.

"Tidak papa Alifa sudah terbiasa melakukan hal itu, karena dia sering kesini untuk membantu umi" jawab Kiyai dengan santai, lalu melirik putranya yang masih berdiri.

Tak lama kemudian Alifa sudah kembali keruang tamu sambil membawa nampan berisi minuman dan cemilan wajah Alifa sudah nampak segar karena sudah mencuci wajahnya, hingga muka bantalnya sudah tidak terlihat lagi. setelah menyuguhkan minuman Alifa memilih duduk di samping Ustazah Fatimah.

Ustadzah Fatimah sempat melirik Alifa dengan wajah sinisnya "dasar sok cari muka" batin Ustazah Fatimah.

Ustadz Fardan pun membuka percakapan, hingga semuanya fokus membahas tentang perputaran guru, hingga Alifa terkejut begitu mendengar dirinya dipilih untuk menjadi salah satu guru pengganti kelas Tahfidz.

Namun Alifa tetap terdiam sambil menyimak obrolan para asatid dan kiyai Abdullah, hingga Kiyai Abdullah menanyakan kesanggupan nya pada Alifa.

"Bagaimana Alifa, apa kamu sanggup, untuk menggantikan guru di kelas Tahfidz?" tanya kiyai Abdullah. Sebelum menjawab Alifa melirik Gus Akram yang sedang berbalas Chat dengan orang kepercayaan nya yang mengurus percetakan.

"Gimana ini, aku harus jawab apa mau tanya Gus tapi banyak orang, kalau enggak tanya takut salah dan menimbulkan masalah baru" batin Alifa

"Kalau saya pribadi, ngikut saja kiyai, bagaimana baiknya, tapi apa saya pantas menggantikan posisi tersebut?sementara saya sendiri masih berstatus sebagai seorang santri"

"Meskipun santri tapi kamu memiliki kemampuan dibidang Tahfidz, bahkan kamu sudah berhasil menghafal Al-Qur'an, kalau hanya sekedar menyimak para santri yang hafalan, pasti bisa" bukan kiyai Abdullah yang menjawab melainkan Gus Akram.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang