75. Yahya Dan Alifa Yang Selalu Rusuh

8.7K 342 37
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Tidak seorang-pun melainkan pasti merasakan sedih dan bahagia, jadikanlah bahagiamu dalam bingkai kesyukuran dan kesedihanmu dalam bingkai kesabaran

Akram Nur Azmi
━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Siang ini, kiyai Abdullah beserta istri, menyempatkan diri untuk menjenguk besannya, Alifa, Tika dan Gus Khafi masih berada dirumah sakit. Kebetulan Rumah sakit tersebut milik Barata Yudha sehingga Alifa dan Tika bisa tidur diruang yang memang di khususkan untuk keluarga.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, masyaallah silahkan masuk besan" sambut Barata dengan hangat.

"Terimakasih, maaf baru sempat menjenguk, kemaren banyak urusan" ucap Kiyai Abdullah pada besannya.

"Tidak masalah Abah justru kami minta maaf karena sudah merepotkan Abah dan Umi"

"Tidak ada kata repot untuk menjenguk orang sakit, karena menjenguk arang sakit, hukumnya wajib bagi setiap muslim, apalagi besan sendiri, lebih dari kata wajib" Abah kiyai berkalar untuk menghibur besannya.

"Abah bisa saja"

"Bagaimana keadaan mami Kirana?" tanya Umi Nurul sambil duduk di samping brangkar Kirana.

"Alhamdulillah sudah membaik, tinggal menunggu pemulihan pasca operasi" jawab Barata, karena Kirana masih terlelap. efek dari obat yang ia konsumsi.

"Assalamu'alaikum Abah, Umi, kapan datang?" Alifa dan Tika baru saja kembali dari mushola untuk melaksanakan sholat Dzuhur.

"Wa'alaikumsalam, baru saja nduk, dari mana kalian berdua?" tanya Umi sambil mengulurkan telapak tangannya pada Alifa dan Tika, keduanya menyalami Abah dan Umi dengan takzim.

"Dari mushola Umi"

"Suamimu mana nduk?"

"Masih di mushola umi" tadinya Tika masih betah di mushola karena disana juga ada Om Yahya, namun Alifa segera mengajak Tika untuk kembali ke ruangan maminya khawatir papi Barata akan kembali ke kantornya.

Beberapa saat kemudian Gus Akram datang bersama Yahya, Tika nampak salah tingkah melihat calon suaminya memasuki ruangan yang sama, tentu saja Alifa melihat gerak-gerik sahabatnya yang sedang curi-curi pandang ke Om Yahya.

"Ekhem-ekhem Abah, sepertinya santri Abah ada yang minta segera dihalalin nih" goda Alifa sambil melirik sahabatnya yang menunduk, namun diam-diam tangan nya bergerak mencubit lengan Alifa.

"Jangan, cibit-cubit Tika, kalau pengin nikah tinggal ngomong aja, mumpung ada Abah disini" Alifa sengaja mengeras kan suaranya sambik pura-pura mengaduh kesakitan dan mengusap-usap lengan bekas cubitan Tika.

"Alifaaaaa" kesal Tika, dengan suara yang pelan namun penuh penekanan. Semua orang nampak geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua santri itu.

"Serius Tik mau segera dihalalin?" Tanya Abah lalu menoleh ke arah Yahya "bagaimana dengan mas Yahya? siap?"

Yahya yang ditanya pun tersenyum "saya siap kapan pun pak Kiyai, asalkan calon istri saya juga bersedia" jawab Yahya melirik Tika yang masih menundukan pandangan sambil memainkan jari-jari tangannya untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Awas kamu Alifa, bisa-bisa nya bikin akualu begini, nanti aku cubit hidung kamu biar panjang seperti Pinokio" batin Tika, melirik Alifa yang sedang tersenyum puas.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang