22. Mendadak Overthinking

9K 389 6
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Setiap orang yang hidup harus punya tujuan, harus berani menentukan pilihan, dan harus bisa dengan hati lapang menerima ketetapan
Dengan ini baru kau bisa menikmati kehidupan

-Ustadzah Aisyah Farid BSA-
━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Semangat Fa! kamu pasti bisa"

"Bantuin dong Tik, jangan cuman ngasih semangat. Kamu kan tahu sendiri ndalem itu luas banget, apalagi ditambah lantai atas, sepertinya membutuhkan waktu satu minggu baru selesai bersih-bersih disana"

"Ya enggak satu minggu juga kali Fa"

"Mana belum sempat sarapan lagi" keluh Alifa, mendadak kesal. campur aduk dengan malu.

"Itu masih ada roti mending dimakan dulu buat ganjal perut dari pada kosong sama sekali nanti ke isi angin yang ada perut kamu bakal kembung"

Alifa pun menerima roti yang disodorkan Tika, lalu mengggigit roti dengan hati yang penuh dengan kekesalan.

Alifa segera mengganti baju tidurnya dengan rok krinkle dipadukan dengan tunik hitam motif bunga-bunga kecil, plus kerudung segi empat warna senada. dengan langkah gontai, Alifa menuju ke Ndalem, setelah beberapa kali Tika menyemangatinya. Perjalanan menuju Ndalem kali ini terasa lambat. Alifa memikirkan bagaimana nanti reaksi Kiyai Abdullah begitu melihat dirinya ditakzir membersihkan seluruh lantai yang ada di Ndalem. Belum lagi ada umi Nurul dan Ning aisyah, Alifa berharap semoga tidak ada Gus Akram disana, sehingga Alifa bisa sedikit lega.

Namun harapan nya hanya tinggal harapan karena justru Gus Akram sendiri yang membukakan pintu ketika dirinya sampai di Ndalem.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, masuk" titah Gus Akram terdengar sangat tegas. Begitu Alifa memasuki Ndalem Umi Nurul datang dari arah dapur.

"Eh, ada calon mantu, sini Nduk duduk" sapa Umi Nurul pada Alifa. Alifa hanya tersenyum lalu meraih telapak tangan Umi Nurul dan mencium dengan takzim.

"Maaf Umi saya kesini mau ijin membersihkan lantai Ndalem Umi" ucap Alifa dengan pandangan yang menunduk Umi Nurul terkejut lalu menatap putranya yang masih berdiri sambil bersandar didinding, terlihat kedua tangannya sibuk membuka lembaran demi lembaran buku yang dipegang. Meskipun sedang membaca namun Gus Akram masih menyimak obrolan Alifa dengan Uminya.

"Tapi Nduk, semua sudah dibersihkan sama mbak Khodim" jawab Umi Nurul

"Biarin lah Mik, itu hukuman buat santri yang bolos setoran" Gus Akram ikut menimpali.

"Kamu mbolos Nduk?" tanya Umi Nurul dengan lembut

"Enggih Umi"

"Kenapa?"

"Semalam ketiduran Umi, belum sempat hafalin" jawab Alifa, sebenarnya Alifa sedang mode malas menghafal lebih tepatnya, sedang menghindari kontak langsung dengan keluarga Ndalem, akan tetapi harapannya hanya sia-sia.

"Kalau gitu bantuin Umi bikin kue aja daripada bersihin lantai yang sudah bersih"

"Tapi Mik, kamar Akram belum dibersihin lho" protes Gus Akram

Deg

"Kamar?" batin Alifa jantung nya seakan mau melompat saking terkejutnya, kalau seperti ini Alifa keluar dari kandang buaya masuk ke kandang singa.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang