67. Mendadak Jadi Vokal

9.8K 334 14
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

“Semakin dekat hari kiamat kebenaran kebenaran ajaran Allah semakin jelas, Tapi anehnya semakin sedikit orang yang beriman semakin sedikit yang sempurna imannya.”

• Sayyidil Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih •
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Kita kembali ke kamar yuk! Biarin mereka berdebat" bisik Gus Akram begitu sudah menyelesaikan makan siang nya, Alifa yang memang masih ingin menikmati moment bersama suaminya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Abi Umi lanjutin berdebatnya, kita mau kembali ke atas, mau nyicil bikin baby" pamit Gus Akram pada kedua orang tuanya yang tiba-tiba menghentikan perdebatan nya begutu mendengar ucapan putranya.

Alifa yang merasa gemas terpaksa mencubit perut suaminya dengan kencang, karena sudah membuat nya merasa malu. lya kalau benar masih mending, ngelakuin apa-apa aja enggak tapi ngomongnya ngawur bikin Alifa merasa malu sampai ke ubun-ubun, ingin rasanya Alifa menghilang detik ini juga, tapi sayangnya dia bukan Ultraman yang bisa tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Aw" Gus Akram memekik pura-pura kesakitan sambil mengusap-usap bekas cubitan istrinya "lihat sendiri kan Bah, sudah enggak sabar menantu Abah, cubitannya menandakan kode buat Akram" Gus Akram justru semakin gencar menggoda istrinya membuat Alifa semakin kesal dan langsung berlari menaiki tangga. Gus Akram tertawa melihat tingkah istrinya

"Kejar sana Ram! bila perlu gass Poll biar Abah cepat dapat cucu" Abah Abdullah ikut menggoda putranya.

"Abah bahasa apaan itu gas pol gas pol, makin hari makin ngawur aja omongannya" protes umi Nurul sambil merapikan piring kotor

Abah tertawa mendengar protesan dari istrinya "katanya sih bahasa anak muda Mik" jawab Abah dengan santainya

"Abah itu sudah tua,enggak perlu ikut-ikutan bahasa anak muda yang semakin enggak jelas, lebih tepatnya kurang enak didengar

"Biar pun tua tapi tetap berjiwa muda Mik" jawab Abah dengan penuh percaya diri.

****

Gus Akram menyusul istrinya ke dalam kamar, namun tak terlihat sama sekali, tatapan Gus Akram tertuju pada pintu yang mengarah ke balkon yang terbuka sedikit. Gus Akram mengarahkan langkahnya menuju balkon dan benar saja istrinya sedang terduduk di kursi sambil menatap gedung pesantren yang terlihat sangat jelas.

"Lagi ngapain istriku yang paling cantik se jagad raya?" Gus Akram berusaha menggoda istrinya. Namun Alifa masih terdiam.

"Duh cantiknya kalau lagi ngambek istrinya siapa sih bikin gemes banget" sekuat tenaga Alifa menahan diri supaya tidak terpancing ucapan suaminya, meskipun dalam hati merasa berbunga-bunga mendengar ucapan manis dari suaminya.

"Hai cantik, senyum dong! jangan cemberut aja, coba senyum sedikit aja! pasti cantiknya tambah berkali-kali lipat" Gus Akram rela bertingkah seperti pria penggoda demi memulihkan mood sang istri.

"Indahnya sang rembulan dimalam hari, tapi bagiku istriku lah yang paling indah. Cantiknya bunga yang sedang bermekaran, tapi lebih cantik istriku yang sedang terseyum. Aku merasa iri dengan gedung yang berada di sana, karena bisa adek tatap sementara aku tidak, wahai istriku yang yang cantik, lebih menarik kah gedung-gedung disana dibandingkan suamimu ini yang usianya lebih Tua?"

Alifa yang sedari tadi menahan tawa akhirnya ngakak juga mendengar gombal receh dari suaminya tentu saja Gus Akram merasa senang bukan main.

"Gus sama sekali enggak pantas menggombal, coba kalau para fans beratnya Gus dengar pasti mereka bakal terheran-heran" ucap Alifa setelah menghentikan tawanya.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang