47. Ketika Sang Pangeran Dan Bidadari Bersepeda

8.8K 351 2
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Cintai dirimu, maka kau akan dicintai.
Hargai dirimu, maka kau akan dihargai.
Kenali kelemahanmu, maka kau takkan pernah terlihat lemah dihadapan orang lain.
Berdamailah dengan kekuranganmu, maka kau akan mudah berdamai dengan kekurangan orang lain.

~Ustadzah Ummu Hasan Al Kaff 🌹
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Keesokan paginya Barata mengajak menantunya untuk sholat berjamaah di masjid yang ada di komplek. Banyak yang terkejut melihat putra kiyai ikut berjamaah di masjid tersebut. Mereka menyambut dengan ramah. Mereka belum mengetahui status Gus Akram yang sudah menjadi menantu Barata, karena pernikahan Alifa belum di publikasikan.

Para jamaah sholat subuh pun meminta Gus Akram untuk mengisi tausiah, karena mereka sering mendengar tausiah Gus Akram yang sangat menyenangkan dan mudah dipahami lewat media sosial. Mereka sangat beruntung ketika bisa bertemu secara langsung dengan Gus Akram. Sehingga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Dengan senang hati, meskipun sedikit sungkan, Gus Akram tetap mau mengisi tausiah sesuai dengan permintaan jamaah masjid tersebut. Bahkan ada sesi tanya jawab juga. Membuat Barata semakin bangga dan kagum pada menantunya, yang ternyata bisa memikat para jamaah lewat tausiahnya.

Bahkan para jamaah meminta Gus Akram supaya mengisi kajian rutin di masjid ini. Dan Gus Akram menyanggupi tetapi hanya satu Minggu satu kali, mengingat kesibukan Gus Akram yang harus berkutat di pesantren dan harus menyelesaikan pekerjaan sebagai arsitektur. Namun Alifa belum mengetahuinya, kalau suaminya selain mengajar dan mengisi tausiah juga bekerja sebagai arsitektur.

"Assalamu'alaikum" ucap Barata begitu sampai di rumahnya, diikuti Gus Akram dari belakang.

"Wa'alaikumsalam, eh sudah pulang dari masjid? kok lama Pi?"

tanya Kirana menyambut kedatangan mereka sambil membawakan dua cangkir teh hangat.

"Ya jelas lama, menantu mami dibegal sama warga"

"Di begal yang bener Pi? serem amat? papi enggak bohong kan?"

"Satu-satu dong Mi nanyanya!"

"Habisnya aku cemas Pi, masak iya menantu kita yang Sholeh dan alim seperti ini dibegal?"

Gus Akram hanya tersenyum merasa heran pada ke absurd'an keluarga istrinya.

"Beneran Gus? dibegal?" Kirana yang tidak puas atas jawaban suaminya bertanya langsung pada menantunya.

"Iya mi, tapi begalnya secara halus" jawab Gus Akram sambil melirik papi Barata.

"Mana ada begal secara halus, dimana-mana yang namanya begal menyeramkan dan menakutkan, kalian enggak sedang bohongin mami kan?"

"Makanya dengerin dulu sampai papi selesai bicara, mami sukanya main nyerocos aja mirip petasan tahun baru"

Gus Akram tertawa melihat candaan kedua mertuanya. Gus Akram merasa hidupnya lebih berwarna setelah tinggal beberapa hari dirumah ini.

Akhirnya Papi Barata menjelaskan detailnya kejadian di masjid tadi, dari awal sampai akhir. Mami Kirana bernafas dengan lega lalu tersenyum bangga pada menantunya.

"Mereka enggak tanya macam-macam kan Pi?" Maksud mami, enggak mempermasalahkan Gus Akram tinggal disini?"

"Alhamdulillah enggak mi. Oh iya ngomong-ngomong Alifa mana mih?"

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang