53. Gulanya Sedikit Saja Manisnya Sudah Ada Di Kamu

9.7K 374 5
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

Tidak ada yang lebih ampuh untuk menyelesaikan masalah, menolak musibah, melapangkan hati, menghilangkan gelisah,
dan mendatangkan rejeki selain memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW

(Sayyid Muhammad bin Alawy Almaliki)
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

Alifa membuka matanya ketika merasa ingin membuang hajatnya. Alifa menatap tak percaya dengan dirinya sendiri, Alifa terkejut kenapa bisa dirinya sedang memeluk Gus Akram.

Beruntung Gus Akram masih tertidur, jadi Alifa tidak perlu menahan malu karena ulah perbuatannya sendiri. Dengan gerakan pelan, Alifa menarik tangannya yang berada di atas tubuh Gus Akram dalam posisi seperti sedang memeluk guling.

"Semoga ga Gus enggak kebangun" batin Alifa sambil melepaskan kakinya dan tangannya. Setelah berhasil Alifa belum juga menuju kamar mandi karena tatapan matanya masih terpaku, memandang wajah Gus Akram yang begitu sangat tampan, bahkan dalam keadaan terlelep sekalipun Gus Akram tetap terlihat tampan.

"Kenapa jantungku berdesir setiap kali menatap wajah Gus Akram. Beliau benar-benar memiliki pesona yang luar biasa" batin Alifa sambil tersenyum menatap ketampanan suaminya dengan jarak yang sangat dekat.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? baru nyadar kalau suami kamu ini memang tampan?"

Deg

Bola mata Alifa membulat. Alifa merasa malu luar biasa "bagaimana mungkin dia melihat aku tersenyum? bukannya dia masih tidur" batin Alifa seperti maling yang tertangkap basah sedang mencuri. Itulah yang dirasakan Alifa saat ini.

Bukannya menanggapi ucapan Gus Akram, Alifa justru berlari menuju ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya, sekaligus menghilangkan rasa malu.

Alifa bersandar di balik pintu kamar mandi sambil menekan dadanya sendiri, karena jantungnya yang berdetak semakin kencang.

"Kenapa Alifa kamu selalu mempermalukan diri sendiri di depan Gus Akram" Alifa menggerutu meruntuki kebodohannya sendiri.

Pagi harinya seperti biasa, mereka semua berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Sedari tadi Mami Kirana tak henti-hentinya terseyum melirik putri dan menantunya. Mengingat kejadian semalam membuat Mami Kirana ingin tertawa.

"Mami sepertinya lagi seneng banget? dari tadi Zea perhatiin senyum-senyum sendiri. Ada apa Mam?"

"Ah kamu mau tahu aja"

"Ya jelas dong mam, senyum mami bikin Zea makin penasaran, ayo dong mam bagi-bagi ke Zea!"

Mami Kirana saling berpandangan dengan suaminya sesekali mereka berdua berbicara melalui tatapan matanya.

"Maafin mami Zea, semalam mami memgganggu aktivitas kalian, awalnya mami panik mendengar kamu berteriak dengan kencang, takut terjadi sesuatu sama kalian. Sampai mami lupa kalau kalian pengantin baru" ucap mami Kirana diakhiri dengan cekikikan sendiri.

Gus Akram dan Alifa saling berpandangan, dia paham apa yang dimaksud oleh maminya, seketika wajah Alifa memerah karena maminya telah salah paham. Gus Akram pun sama malu nya karena mami mengira dirinya sedang berbuat yang iya iya.

"Tapi mami-" Alifa hendak memprotes dan meluruskan kesalahpahaman ini namun belum juga Alifa selesai bicara Mami Kiranya menyela ucapan nya.

"Mami paham Zea, kalian engak usah malu, mami juga pernah muda" sela mami Kiranya lalu menoleh kearah suaminya "iya kan Pi?" Mami Kirana meminta dukungan pada suaminya.

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang