76. Keharmonisan Keluarga Barata

8.3K 317 39
                                    

📍بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ📍

"Satu hal yang tidak akan kamu sesali selamanya adalah akhlak baikmu terhadap orang lain, meskipun mereka membalasmu dengan keburukan."

Bayu Pratama Al Yahya
━━━━━━━━━━━━━━

" Happy reading "
________________

"Dek, mas ijin pulang dulu, ada pertemuan dengan asatid di Ndalem, adek mau ikut atau tetap disini?" tanya Gus Akram sambil menatap istrinya yang sedang asik membaca buku.

Alifa menutup bukunya lalu menoleh kearah suaminya yang duduk di sampingnya, lalu memiringkan duduknya hingga berhadapan dengan suaminya "memangnya ada masalah Gus? sampai-sampai harus berkumpul di Ndalem? bukankah ada ruang rapat khusus asatid?" heran Alifa

"Kata Abah ada sedikit masalah dek"

"Masalah apa Gus? boleh aku tahu?"

Gus Akram menatap Alifa dengan tatapan yang sulit diartikan, Gus Akram mengembuskan napas panjang berkali-kali.

"Ada apa Gus?" ulang Alifa

Gus Akram pun terpaksa akan memberitahu hal ini pada Alifa, sekaligus meminta pendapat dari nya.

"Kamu ingat dek? waktu adek meluk mas di ruang asatid?" Alifa pun berusaha mengingatnya, lalu membulatkan matanya, Alifa bisa menebak, pasti permasalahan yang Gus Akram maksud, ada kaitan nya dengan dirinya.

"Iya Gus, aku ingat" kebetulan mami Kirana sedang terlelap, sementara Barata pulang kerumah untuk mengambil sesuatu.

"Intinya Abah meminta mas, untuk datang ke rapat tersebut untuk meluruskan kejadian kemaren, karena Abah mendengar desas desus tentang mas yang berbuat tidak pantas dengan santrinya"

"Astaghfirullah haladzim, maaf Gus, semua gara-gara aku. Saking paniknya sampai melupakan hal sebesar itu aku benar-benar minta maaf Gus"

"Adek tidak perlu meminta maaf, karena mas juga ikut andil didalamnya, kita ambil hikmah nya saja, mungkin memang saat nya mereka tahu kalau kita bukan hanya seorang Guru dan dan santri, melainkan suami dan istri. Apa adek setuju kalau nanti mas memberitahukan hal itu pada seluruh asatid?" tanya Gus Akram dengan penuh kelembutan, bahkan Gus Akram menggenggam telapak tangan istrinya sesekali mengusap-usap dengan lembut. Gus Akram pun tidak akan memaksa Alifa untuk menyetujui usulannya. Seandainya Alifa menolak untuk mempublikasikan hubungan nya, Gus Akram akan menyiapkan alasan yang tepat pada seluruh Asatid. Bagi Gus Akram saat ini, kenyamanan istrinya adalah yang paling utama, mengingat perjuangan untuk mendapatkan seorang Alifa tidak lah mudah.

Setelah menimbang-nimbang baik buruknya Alifa menatap suaminya sambil tersenyum "aku siap Gus, silahkan dipublikasikan hubungan kita, saya sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi, insyaallah saya ikhlas lillahita'ala, meskipun akan banyak santri dan ustadzah yang akan membenci saya" jawab Alifa dengan penuh keyakinan.

"Jangan khawatir dek, kita akan menghadapi semuanya sama-sama, mas akan selalu melindungi adek"

"Terimakasih Gus, apa sebaiknya aku ikut pulang saja mas, besok ada ujian Tasmi para santri Tahfidz"

"Tapi mami sendirian dek, besok pagi saja pulangnya, nanti setelah rapat selesai, mas kembali kesini, besok kita pulang sama-sama"

Alifa mengangguk kepalanya lalu reflek melingkar kedua tangannya ke pinggang suaminya, dan menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.

Gus Akram membalas pelukan istrinya sambil mengusap-usap punggung nya.

"Boleh mas berangkat sekarang?"

Ana Uhibbuka Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang